TEMPO Interaktif, Bantul - Meski laju roket ikut "bicara", keberhasilan lomba tetap terletak pada keandalan rangkaian muatan yang dirakit para peserta lomba. Itu sebabnya, lomba berlangsung selama tiga hari. Hari pertama adalah pengujian keandalan muatan atau yang disebut dengan "uji darat".
Uji darat ini terdiri atas berbagai pengujian muatan roket, misalnya uji dimensi, yakni mengukur muatan roket sesuai dengan yang ditentukan panitia. Berat muatan roket tak boleh lebih dari 1 kilogram.
Lolos dari uji dimensi, para peserta harus mengikuti uji fungsi untuk memastikan apakah muatan bisa berfungsi dengan baik. Berikutnya adalah uji vibrasi atau uji getaran, untuk memeriksa ketangguhan muatan roket. Tes ini amat penting untuk menyeleksi apakah muatan berupa sensor dapat berfungsi baik dalam kondisi penuh guncangan ketika roket melesat ke angkasa.
Panitia juga melakukan uji g-force, yakni uji gravitasi dalam kondisi putaran sebesar 6 g. (1 g = 9,8 m/detik persegi). "Peserta yang lolos uji darat kemudian maju ke babak berikutnya adalah uji terbang, yakni meluncurkan roket berisi muatan hasil rakitan peserta yang lolos babak pertama," kata Momon Sadiyatmo, ketua panitia kompetisi.
Setelah uji terbang pada hari kedua yang dilangsungkan di Pantai Pandansimo, kompetisi dilanjutkan dengan babak presentasi pada hari ketiga. Para peserta wajib melakukan presentasi tentang data-data yang diperoleh pada saat uji terbang. Presentasi dilakukan di aula Pemerintah Kabupaten Bantul, Sabtu lalu.
"Presentasi ini penting untuk menjajaki apakah peserta itu benar-benar menguasai persoalan," kata Momon, yang didampingi Wakil Ketua Panitia Lomba Muatan Roket Atik Bintoro. "Peserta yang benar-benar menguasai persoalan atau hanya sekadar mengoperasikan hasil karya orang lain akan ketahuan pada babak presentasi ini."
Pada lomba Muatan Roket 2009 ini, dewan juri terdiri atas Dr Susetyo Mulyodrono dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional sebagai ketua. Sejumlah pakar dari perguruan tinggi terkemuka, seperti Prof Dr Harijono A. Tjokronegoro (Institut Teknologi Bandung), Prof Dr Adi Susanto (Universitas Gadjah Mada), Dr Wahidin Wahab (Universitas Indonesia), dan Dr Endra Pito Warno (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) duduk sebagai anggota dewan juri. Bobot pengujian adalah 40 persen uji fungsional (uji darat), 20 persen uji terbang, dan 40 persen presentasi.
Momon mengatakan lomba muatan roket tahun ini sebenarnya tidak banyak berbeda dengan tema tahun lalu, yakni mendapatkan data jarak jauh (telemetri) melalui alat-alat pada roket yang diluncurkan. "Tahun ini ada sedikit perbedaan," katanya. "Selain mendapatkan data jarak jauh, juga ada sistem tombol on dan off jarak jauh atau yang disebut dengan tele-command."
HERU CN
Uji Darat yang Menentukan Kemenangan Aeromania
Jumat, 21 Agustus 2009 16:31 WIB