Kini Norwegia menggalang sebuah ekspedisi yang diperkuat dengan jajaran angkatan laut dan armada penjaga pantainya untuk menemukan pesawat petualang besar yang berhasil memimpin ekspedisi pertama ke Kutub Utara, dari 1910 sampai 1912, itu. Pencarian yang dimulai pada 24 Agustus lalu itu akan difokuskan pada wilayah Samudra Arktika seluas 104 kilometer persegi dekat Pulau Beruang, yang dianggap sebagai lokasi jatuhnya pesawat Amundsen. "Jika ada sesuatu di bawah sana, kami pasti menemukannya," kata Commander Frode Loeseth, pejabat Angkatan Laut Norwegia.
Loeseth mengatakan mereka akan mengkonsentrasikan pencarian pada puing pesawat. Mereka tidak berharap menemukan adanya jenazah Amundsen atau lima rekannya.
Amundsen adalah pahlawan nasional Norwegia, karena perjuangannya menaklukkan Kutub Utara telah mengharumkan nama negara tersebut. Amundsen juga dianggap sebagai orang pertama yang mencapai Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Dia hilang pada usia 55 tahun ketika terbang dalam misi penyelamatan ke Kutub Utara. Dalam keterangan persnya, Angkatan Laut Norwegia menyebutkan bahwa lokasi menghilangnya Amundsen berikut pesawatnya itu adalah salah satu misteri yang tak pernah terungkap dalam sejarah negara tersebut.
Meski mayatnya belum ditemukan, Amundsen dianggap telah tewas dalam tragedi itu, meski para rekannya sesama petualang belum percaya dia telah "pergi". Mereka mengenang saat Amundsen menghilang dalam lautan es Arktika dan Antartika, namun muncul kembali dalam keadaan selamat ketika harapan dia masih hidup telah mencapai titik terendah.
Dalam operasi itu, Royal Norwegian Navy akan bergabung dengan Museum Penerbangan Norwegia, perusahaan teknologi maritim Norwegia, Kongsberg Maritime, dan Context TV, perusahaan produksi televisi Jerman, yang akan mendokumentasikan operasi tersebut.
Upaya pencarian lokasi jatuhnya pesawat Amundsen sebenarnya telah beberapa kali dilakukan. Pencarian terakhir dilakukan pada 2004. Namun, dalam misi kali ini Angkatan Laut Norwegia bisa menyapu dasar Samudra Arktik adengan bantuan Hugin, wahana penyelam yang diberi nama mengikuti nama karakter dalam mitologi Norse. "Kami punya alat khusus, Hugin, wahana selam tercanggih, tak berawak, dan dapat beroperasi nonstop selama 18 jam," kata Loeseth.
Dalam mitologi tersebut, Hugin adalah burung gagak yang terbang mengelilingi bumi dan menginformasikan apa yang terjadi pada hari itu kepada Odin, dewa Norse.
Loeseth mengatakan Angkatan Laut sudah lama memiliki wahana selam nir-awak, namun wahana yang akan digunakan dalam misi ini adalah Hugin 1000, model terbaru yang telah dimodifikasi dan di-upgrade.
Meski skala operasi ini cukup besar, melibatkan dua kapal Angkatan Laut dan penjaga pantai Norwegia, Loeseth tak mau mengungkap berapa biaya yang diperlukan. Dia juga enggan memaparkan organisasi yang membiayai pencarian yang akan berlangsung di laut lepas selama dua pekan itu. Namun, Loeseth menekankan bahwa misi ini sama sekali tidak membebani para pembayar pajak negara tersebut.
Ketika menghilang lebih dari 80 tahun lalu, Amundsen sedang dalam misi pencarian. Pada musim gugur itu, Amundsen menaiki pesawat bermesin gandanya untuk menyelamatkan petualang Italia, Umberto Nobile, yang terjebak di Kutub Utara. Blimp atau balon udara yang ditumpangi Nobile jatuh dalam perjalanan pulang dari Kutub Utara.
Walaupun nantinya gagal menemukan Latham 47, misi ini adalah bentuk penghormatan terhadap Amundsen, yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan penjelajah lain. Orang yang semestinya diselamatkan Amundsen saat itu, Umberto Nobile, bisa ditemukan dalam keadaan selamat. Dia meninggal dalam usia 93 tahun pada 1978.
TJANDRA DEWI | SEARCHFORAMUNDSEN | BBC | NYTIMES | CNN | KONGSBERG