Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merunut Jejak 400 Tahun Teropong Galileo

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Venesia -- Ketika pesta perayaan 200 tahun kelahiran Charles Darwin dan 150 tahun usia publikasi terkenalnya, On the Origin of Species, belum lama usai, sebagian anggota masyarakat ilmiah memantik pesta yang lain. Pesta yang pertama itu ibarat penuh dengan balon, hiasan warna-warni sampai kembang api, namun pesta yang terbaru kelihatannya hanya berbekal kue tar dan cahaya lilin, sepi--meski dampaknya terhadap perubahan pola pikir manusia dan cara pandang terhadap dirinya juga fundamental dan tidak kalah revolusioner. 

Kemarin, tepat pada musim gugur 400 tahun lampau, astronom, matematikawan, dan filsuf dari Italia, Galileo Galilei, memamerkan kreasi terbarunya kepada para saudagar di Venesia. Karyanya itu tidak lain adalah teleskop, sebuah instrumen yang bagai kepingan uang yang memiliki dua wajah. Karya ini membuat namanya abadi dalam dunia sains sekaligus mendorongnya ke liang masalah.

Sebagai penyempurnaan yang jauh lebih halus daripada model pertama yang dibuat dan dipatenkan di Belanda beberapa bulan sebelumnya, teleskop cokelat, kaku, dan ramping buatan Galileo bahkan tergolong kecil dibandingkan dengan standar yang banyak dibeli orang di toko-toko masa kini. Tapi teleskop dengan kekuatan hingga delapan kali perbesaran dan model lainnya yang lebih kuat yang ia buat kemudian membimbingnya ke serangkaian kesimpulan besar ketika digunakannya mengintip langit. 

Ketika digunakannya meneropong bulan, Galileo menemukan bahwa satelit bumi itu penuh dengan benjolan-benjolan, retakan yang dalam, dan kasar. Bulan yang ditemukan jauh dari gambaran obyek bulat mulus seperti yang diyakini sebelumnya. Ketidaksempurnaan obyek luar angkasa juga ditunjukkan ketika teleskopnya mengungkap titik-titik hitam di wajah matahari.

Dalam rangkaian pengamatan yang dilakukannya setahun kemudian, pada 1609, Galileo menemukan ada planet lain, yakni Jupiter, yang dikitari bulan--empat buah bahkan. Lewat temuannya itu Galileo mempertanyakan teori Aristoteles dan Ptolomeus yang diadopsi gereja yang menyatakan semua obyek di langit berputar mengelilingi Bumi. 

Pada tahun yang sama Galileo menunjukkan planet yang lain lagi, Venus, menjalani fase-fase seperti bulan, sesuatu yang tidak mungkin terjadi jika keduanya, Venus dan matahari, mengorbit Bumi. Fenomena terakhir itu sejalan dengan yang pernah diprediksi Nicolaus Copernicus hampir seabad sebelumnya. Waktu itu Copernicus menyorongkan pemikirannya tentang sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya, bukan Bumi. 

Pembangkangan terbesarnya terhadap gereja adalah ketika Galileo mengungkapkan penglihatannya bahwa galaksi Bima Sakti tersusun dari bintang-bintang. Ia menyimpulkan, Bumi bukanlah satu-satunya yang mesti kecewa karena tidak menjadi inti segala. Alam raya ini, ujar Galileo dalam tesisnya, sangat luas, jauh lebih luas dari yang pernah dibayangkan. 

Dari kesaksiannya itulah berkembang teori-teori di masa kini yang menyebut usia alam raya 13,7 miliar tahun--tiga kali lipat usia Bumi dan sekitar 100 ribu kali lebih tua daripada rentang kehidupan manusia sebagai sebuah spesies. Kini juga penjelajahan antariksa sudah menyentuh planet di bintang lain, zat gelap, dan mungkin kehidupan lain di luar sana.

Temuan Galileo jelas sebuah "wahyu" yang menyudutkan kalangan ortodoks--dan gereja--mirip hukum seleksi alam dalam teori evolusi Darwin 150 tahun silam. Bedanya, 400 tahun lalu lebih heboh. Karena observasi dan kesimpulan-kesimpulannya itulah Galileo akhirnya menghabiskan satu dekade terakhir hidupnya dalam tahanan rumah. 

Kini, 400 tahun berselang, Istituto e Museo di Storia della Scienza di Florence, Italia, menggelar pameran seputar teleskop Galileo dan observasi yang dilakukannya dengan alat itu. Koleksinya terdiri atas ragam instrumen berharga dan langka seperti manuskrip dan buku kuno, selain dua teleskop Galileo yang masih ada. 

Galileo memang menuangkan pandangannya terhadap dunia yang heliosentris dalam buku yang judulnya kira-kira begini: Dialog tentang Dua Sistem Alam Raya Terkemuka. Dialog dibuatnya antara Salviati (seorang heliosentris) dan Simplicio (seorang geosentris), yang pelafalan namanya mirip Paus di masa itu. Karakter lainnya, Sagredo, berperan sebagai moderator. 

Terkait dengan perayaan tahun ini, satu di antara teleskop karya Galileo yang sangat awal itu juga akan bisa dinikmati di museum di Philadelphia, Amerika Serikat, dan Stockholm, Swedia, atas pinjaman dari Florence. 
 
WURAGIL | BERBAGAI SUMBER 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menghadiri peringatan Hari Konstitusi yang digear di gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Minggu, 18 Agustus 2019.(dok MPR RI)
JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.


Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Pencapaian Sains Sepanjang 2016
Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.


Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Jamin Akan Lindungi KPK
Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.


Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Pemandangan matahari terbenam di perairan Labuan Bajo, 1 Mei 2017. Labuan Bajo disebut sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten


Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Ilustrasi suplemen minyak ikan. taylorhooton.org
Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.


Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Dua petugas Direktorat Lalulintas akan menderek mobil Mercedes Benz yang menabrak mobil Innova di jalan Merdeka Barat, Jakarta, (12/8). Kecelakaan terjadi akibat supir mengantuk. TEMPO/Aditia Noviansyah
Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.


Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Nelayan menunjukkan tangki penampungan yang berisi hasil tangkapan ikan di sekitar kawasan Teluk Jakarta di pemukiman nelayan Muara Angke, Jakarta, 19 April 2016. Menurut Ahok, kerang ikan di sekitar Muara Angke memiliki kandungan logam berat. TEMPO/Subekti.
Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.


Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Ilustrasi toilet umum. shutterstock.com
Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.


Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Ilustrasi air bersih. sndimg.com
Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.


Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Instalasi sistem pencahayaan terbaru berbasis LED (Light Emitting Diode) di Monas yang diselanggarakan PT.Philips Indonesia dengan tajuk
Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .