Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pohon Sintetis Lindungi Bumi Dari Dampak Perubahan Iklim

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, London - Bentuknya tak jauh beda dari raket lalat raksasa. Membayangkannya berdiri berderet-deret di tepian jalan, pohon-pohon sintetis itu adalah solusi paling menjanjikan di antara teknik-teknik rekayasa bumi (geo-engineering) yang bisa menghadang dampak perubahan iklim yang sudah bagai di ambang pintu.
Pohon sintetis itu menjelma menjadi solusi paling praktis dan efektif untuk bisa segera diwujudkan ketimbang banyak teknik lainnya, mulai mengirim cermin ke antariksa demi merefleksikan radiasi matahari yang datang hingga menebar zat besi ke samudra, yang bisa memacu pertumbuhan alga--satu sumber penyerap karbon dari atmosfer.
Pembuatan unit alat seukuran peti kemas di pelabuhan itu dinilai rendah karbon (cuma 5 persen dari total yang bisa diserapnya dari atmosfer) dan cukup bermodal teknologi yang sudah tersedia. "Pohon ini ribuan kali lebih efektif dalam hal penyerapan karbon dari atmosfer ketimbang pohon sungguhan dalam luas area yang sama," kata Tim Fox, Direktur Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim di Institute of Mechanical Engineers (IME) di Inggris.
Sehari setelah bekas Deputi Perdana Menteri dan Menteri Lingkungan Inggris, John Prescott, memperingatkan bahwa negosiasi menuju kesepakatan global untuk pemangkasan emisi karbon terancam gagal, IME merekomendasikan beberapa teknik penangkal laju dampak perubahan iklim yang bisa digunakan sebagai "pengganjal" sambil menunggu tercapainya kesepakatan.
Pohon sintetis buah invensi Profesor Klaus Lackner dari Columbia University di New York, Amerika Serikat, itu muncul di urutan teratas bersama teknik alga dalam pot tabung di dinding-dinding gedung. Studi IME selama 12 bulan sebelumnya itu juga menemukan bahwa mengecat putih seluruh atap bangunan kota bisa menjadi teknik sederhana namun efektif untuk menolak cekaman pemanasan global.
Sebagai primadona dari teknik geo-engineering lainnya, IME melaporkan bahwa 100 ribu batang pohon ciptaan Lackner--yang setara dengan luasan 600 hektare--sudah cukup untuk menjerat seluruh emisi karbon dari rumah tangga, transportasi, dan industri kecil di Inggris. Itu artinya 60 persen dari total 556 megaton CO2 per tahun yang dibuang Inggris.
Untuk kebutuhan yang sama tapi dengan skala dunia, IME menghitung, diperlukan 5-10 juta pohon. Dengan catatan, emisi C02 belum yang termasuk dari pembangkit-pembangkit listrik.
Fox mengungkapkan, prototipe pohon sintetis sudah dibuktikan oleh inventornya, Lackner, mampu mengisolasi CO2 hanya dengan asupan energi yang rendah. "Teknologi ini tidak lebih rumit daripada yang ada di mobil ataupun unit penyejuk udara," ujar Fox.
Pohon-pohon seharga US$ 20 ribu per batang itu memang idealnya "ditanam" dalam sebuah hutan sintetis, mendapat pasokan energi dari sumber-sumber yang terbarukan, dan berlokasi dekat bekas lapangan minyak atau gas untuk penyimpanan karbon tangkapannya. Namun, para insinyur di IME juga menganggap logis apabila pohon ditanam di sepanjang tepi jalan tol karena bisa langsung menangkap emisi karbon dari sumbernya yang tergolong besar, yakni lalu lintas.
Dalam laporannya yang dirilis kemarin, IME menyeru kepada pemerintah Inggris agar menyisihkan anggaran 10 juta pound sterling khusus untuk merealisasi ketiga rekomendasinya itu. Terlebih setelah Prescott mengungkap kans tercapainya kesepakatan di Kopenhagen, Denmark, akhir tahun ini, yang bakal 10 kali lebih sulit ketimbang kesepakatan di Kyoto 12 tahun lalu, Fox mengingatkan peran penting geo-engineering.
Teknik itu memang bukan silver bullet untuk permasalahan yang muncul gara-gara perubahan iklim, disebutkannya bisa mengulur waktu. "Kami tidak menyarankan geo-engineering sebagai pengganti upaya mitigasi, tapi ia tidak bisa lagi dianggap sebagai rencana alternatif," kata Fox, yang memimpin studi. "Geo-engineering mestinya bisa diimplementasikan beriringan bersama mitigasi dan adaptasi. Terintegrasi."

WURAGIL | IMECHE | TIMES | GUARDIAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

7 hari lalu

Peluncuran program INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) fase ketiga, pada 21Maret 2024 di Jakarta. Ini merupakan kemitraan pendidikan antara Pemerintah Australia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

Program INOVASI fase ketiga merupakan kemitraan bidang pendidikan antara kedua negara untuk meningkatkan pembelajaran dan keterampilan murid SD.


Bamsoet Apresiasi Mesin Pemilah Sampah Karya Komib

11 hari lalu

Bamsoet Apresiasi Mesin Pemilah Sampah Karya Komib

Bamsoet apresiasi inovasi mesin pemilah sampah oleh komunitas Karya Pelajar Mengabdi Bangsa Indonesia


Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

13 hari lalu

Menkominfo Budi Arie Setiadi bertemu dengan Diaspora Indonesia yang berada di Barcelona, Spanyol, Selasa (27/02/2024). Pertemuan tersebut merupakan salah satu kegiatan dalam Lawatan Menkominfo di Spanyol. - (PeyHS)
Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

Kementerian Kominfo dan PT Microsoft Indonesia bekerja sama untuk transformasi digital.


Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

24 hari lalu

Inovasi Facocat, pasir kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif besutan tim mahasiswa ITS. Dok. Humas ITS
Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

Mahasiswa ITS mengembangkan Facocat, pasir kotoran kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif dari sabut kelapa.


Sudah Dipakai di Fiji, Alat Pemantau Air Laut Buatan Unpad Raih Penghargaan Inovasi

29 hari lalu

Alat pemantau kondisi air laut Arhea saat diuji di perairan sekitar Pulau Pramuka. (Dok.Tim Riset Unpad)
Sudah Dipakai di Fiji, Alat Pemantau Air Laut Buatan Unpad Raih Penghargaan Inovasi

Karya inovasi tim dosen Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, itu telah dipakai di negara kepulauan Fiji.


Si-Cuhal, Inovasi Peneliti UI untuk Pantau Curah Hujan

31 hari lalu

Peralatan Si-Cuhal yang merupakan platform yang menyediakan data curah hujan, suhu, dan kelembapan udara di suatu wilayah yang dikumpulkan dalam cloud server. Dok. Humas UI
Si-Cuhal, Inovasi Peneliti UI untuk Pantau Curah Hujan

Inovasi Si-Cuhal dari peneliti UI ini dibangun berlandaskan teknik pertanian presisi.


Telkomsel dan Huawei Jalin Kerja Sama Home Broadband and 5G Innovation

32 hari lalu

Bertepatan dengan pelaksanaan Mobile World Congress (MWC) 2024 Barcelona, Senin, 26 Februari 2024, Telkomsel dan Huawei menandatangani dua Strategic Partnership Agreement (SPA) yang berfokus pada Home Broadband and 5G Innovation untuk mengeksplorasi pemanfaatan teknologi terkini, serta Talent Development untuk peningkatan kapabilitas keberlanjutan yang mengedepankan prinsip ESG. Kolaborasi antara kedua belah pihak dalam kedua SPA tersebut diharapkan dapat menghadirkan konektivitas, solusi, dan layanan inovatif yang membuka lebih banyak peluang bagi setiap individu, rumah, dan bisnis di Indonesia.
Telkomsel dan Huawei Jalin Kerja Sama Home Broadband and 5G Innovation

Telkomsel dan Huawei menandatangani dua Strategic Partnership Agreement (SPA) di MWC 2024 Barcelona, fokusnya adalah pada Home Broadband and 5G Innovation serta Talent Development.


Di Kegiatan KKN, Mahasiswa Undip Ini Atasi Masalah Kelompok Wanita Tani Pakai Sistem Petis

43 hari lalu

Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro berhasil menciptakan sistem
Di Kegiatan KKN, Mahasiswa Undip Ini Atasi Masalah Kelompok Wanita Tani Pakai Sistem Petis

Ketua KWT Desa Ponoware, Sarmi, menyatakan bangga terhadap inovasi yang dibuat oleh Tim I KKN Undip ini.


Inovasi Kanker Serviks Besutan Peneliti Unair Dikenalkan di Jepang

59 hari lalu

Tekan Angka Penderita Kanker Serviks, Petugas Lakukan Pemeriksaan IVA
Inovasi Kanker Serviks Besutan Peneliti Unair Dikenalkan di Jepang

Peneliti Unair membawa hasil inovasi terapi kanker serviks ke hadapan para peneliti global yang berkumpul di Jepang.


Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

59 hari lalu

Bappeda Llitbang Kabupaten Bogor menggelar Inovator Temu Inovator 2024 di Auditorium Setda Kabupaten Bogor, Cibinong, Selasa 30 Januari 2024. TEMPO/M.A MURTADHO
Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

Temu Inovator yang diselenggarakan setiap tahun disebutkan untuk meneruskan pembangunan prioritas di daerah itu.