Target mereka adalah rasio magnesium terhadap kalsium dalam cangkang luar yang keras dari plankton foraminifera Globigerinoides ruber yang bervariasi bergantung pada temperatur permukaan laut tempat dia tumbuh. Ketika fitoplankton mati, tumbuhan itu akan jatuh ke dasar laut dan berakumulasi dalam sedimen, merekam temperatur permukaan laut tempatnya hidup.
"Sedimen laut umumnya terakumulasi dengan lambat, sekitar 3 sentimeter per tahun, sehingga sulit untuk menggabungkan catatan sedimen dengan rekaman instrumen dan membandingkannya dengan catatan temperatur masa kini," kata Oppo. "Inilah perbedaan tentang studi ini. Akumulasi sedimen cukup cepat di kawasan ini, sehingga memberi kami bahan yang cukup untuk mengambil sampel dan mencocokkannya dengan masa yang lebih modern."
Tim gabungan kedua negara itu menghasilkan sebuah rangkuman data 2000 tahun dengan mengkombinasikan data dari inti piston di kawasan tersebut yang telah dipublikasikan dengan data yang mereka kumpulkan memakai sebuah gravity corer dan multi-corer. Tabung yang dipasang di dasar multi-corer mengumpulkan sedimen yang baru saja terbentuk, sehingga memungkinkan dilakukannya perbandingan antara informasi temperatur permukaan yang terekam dalam cangkang plankton dengan data yang dicatat secara langsung oleh termometer.
Oppo mengingatkan bahwa rekonstruksi yang dihasilkannya belum sempurna, masih memiliki sejumlah ketidakpastian. Informasi dari tiga inti yang berbeda telah dikompilasikan untuk merekonstruksi catatan sepanjang 2.000 tahun. Sebagai tambahan, data sedimen juga mempunyai ketidakpastian yang tak terpisahkan diasosiasikan dengan pengukuran usia sampel yang akurat. Variasi temperatur permukaan laut dalam rekonstruksi ini juga amat kecil, nyaris di batas metode pengukuran dating menggunakan rasio Mg/Ca.
TJANDRA | WHOI | SCIENCEDAILY