Saola, yang ditemukan pertama kali dan satu-satunya pada 1992 mirip dengan antelop gurun pasir dari Arab.Namun, ia sebetulnya lebih dekat ke lembu liar. Ia hidup di lembah terpencil di Pegunungan Annamite, di perbatasan Laos dan Vietnam.
"Kita masih memiliki kesempatan, meski sangat kecil, untuk menyelamatkan satwa luar biasa itu," kata William Robichaud, Koordinator Kelompok Kerja, yang didirikan oleh Grup Spesialis Lembu Liar Asia IUCN. "Kesempatan sudah tak ada untuk spesies lembu liar lain, yaitu Kouprey. Kami berharap Saola tidak menjadi yang berikut."
Ahli konservasi biologi dari empat negara bertemu di Vientiane, Laos, pada akhir bulan lalu. Mereka setuju bahwa jumlah populasi Saola telah menurun drastis sejak penemuan tahun 1992. Saat itu pun ia sudah jarang dan terkurung dalam jangkauan yang terbatas.
Saat ini tingkat keterancaman kepunahan Saola sudah hampir sama dengan spesies mamalia besar lainnya di Asia Tenggara, seperti Badak Jawa misalnya. Situasi ini disimpulkan dari kenyataan bahwa tak ada populasi Saola di kebun binatang manapun.
"Tanda putih di wajahnya dan tanduknya yang lancip dan panjang membuatnya menjadi satwa yang cantik dan habitat di hutan basah di Annamites masih menjadi misteri," kata Barney Long dari Grup Spesialis Lembu Liar Asia IUCN. "Saola sangat jarang terlihat apalagi dipotret dan hampir mustahil memeliharanya hidup di penangkaran. Tak ada seekor pun dipelihara di kebun binatang di mana pun di dunia. Populasinya mungkin hanya lusinan."
Ancaman kepunahan Saola sendiri sudah berada pada tahap kritis dalam Daftar Merah Spesies Terancam yang dikeluarkan IUCN< badan konservasi dunia itu. Ini artinya, spesies itu secara ekstrim berada pada resiko tinggi untuk punah di alam liar.
Ancaman terhadap Saola paling utama datang dari perburuan liar. Pertemuan di Vientiane mengidentifikasi banyak jerat dan perburuan dengan anjing. Menurut para ahli itu, Saola tak mungkin diselamatkan tanpa membersihkan jerat dan mengurangi perburuan dengan anjing di hutan Annamite. Mereka juga akan meningkatkan metode pendeteksian Saola di alam liar dan penjejak radio untuk memahami apa yang diperlukan untuk mengkoservasi Saola.
Sebagai tambahan, kelompok itu berharap pemerintah Laos, Vietnam, dan komunitas konservasi dunia juga ikut memberikan perhatiannya terhadap status spesies itu dan memberikan upaya serta bantuannya untuk menyelamatkan Saola.
DEDDY SINAGA