Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Petani Pertama Eropa Adalah Kaum Pendatang

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, London - Budaya pertanian yang akhirnya menggeser kultur masyarakat pemburu dan pengumpul makanan di Eropa ternyata dibawa oleh para pendatang. Analisis terhadap DNA purba yang diekstrak dari kerangka berumur ribuan tahun menunjukkan bahwa petani pertama Eropa bukanlah keturunan penghuni kawasan itu, yang menarik diri untuk menghindari meluasnya bentangan lapisan es di benua tersebut pada Zaman Es.

Sebaliknya para petani pionir itu ada kemungkinan berimigrasi ke daerah utama di Eropa Timur dan Tengah sekitar 7.500 tahun lampau, dengan memboyong seluruh tumbuhan dan binatang yang telah didomestikasi bersama mereka, kata Barbara Bramanti dari Mainz University di Jerman, dan rekannya.

Barbara dan para ilmuwan lain itu menganalisis DNA dari kerangka pemburu-pengumpul makanan dan petani awal di Eropa. Mereka membandingkan analisis kedua DNA itu dan membandingkannya lagi dengan DNA orang Eropa modern. Mereka menyimpulkan bahwa hanya ada sedikit bukti tentang hubungan genetik langsung antara pemburu-pengumpul dan petani pionir, dan 82 persen tipe DNA mitokondria (mtDNA) yang ditemukan pada pemburu-pengumpul relatif jarang ditemukan di Eropa Tengah saat ini.

"Kami menemukan bahwa 25 persen petani Neolitikum mempunyai satu karakteristik tipe mtDNA dan tipe tersebut pernah tersebar luas di kalangan petani Neolitikum di Eropa Tengah," kata Barbara. "Orang Eropa saat ini memiliki frekuensi tipe mtDNA itu 150 kali lipat lebih rendah, hanya 0,2 persen. Ini mengungkapkan bahwa petani Neolitikum pertama tidak membawa pengaruh kuat pada silsilah perempuan Eropa modern."

DNA mitokondria dianggap sebagai sumber yang tepat untuk mengetahui silsilah orang Eropa modern karena DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya tanpa bercampur atau rekombinasi dengan DNA mitokondria pihak ayah. DNA mitokondria menyediakan jalan bagi para ilmuwan untuk merangkai bukti-bukti seberapa dekat kekerabatan anggota suatu spesies, dengan menggunakan silsilah garis ibu sebagai panduan.

Sebelum pakar genetika memperkenalkan penggunaan DNA mitokondria untuk menyelidiki silsilah manusia purba, para arkeolog, antropolog, dan pakar linguistik telah satu abad memperdebatkan siapa nenek moyang orang Eropa yang hidup sekarang. Petunjuk yang mereka miliki adalah orang yang hidup di Eropa sebelum dan sesudah Zaman Es Besar terakhir dan berhasil selamat dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Petunjuk lainnya, pertanian baru tersebar di Eropa dari Timur Tengah sejak 9.000 tahun belakangan, meningkatkan jumlah pangan yang dapat diproduksi sampai 100 kali lipat. Namun, mereka kesulitan untuk mengetahui siapakah dari kedua kelompok tersebut yang menjadi leluhur orang Eropa modern yang saat ini menghuni benua itu.

Kini sebuah tim dari Mainz University di Jerman, bersama dengan peneliti dari University College London (UCL) dan University of Cambridge, menemukan bahwa petani pertama di Eropa Tengah dan Utara bukanlah keturunan dari pemburu-pengumpul yang lebih dulu tinggal di kawasan itu. Namun, yang jauh lebih mengejutkan, mereka menemukan bahwa orang Eropa modern bukan semata-mata keturunan pemburu-pengumpul atau petani pertama, tapi juga tak mungkin hanya campuran dari kedua kelompok tersebut.

"Ini benar-benar aneh," kata Mark Thomas, ahli genetika populasi di UCL dan peneliti studi itu. "Selama lebih dari satu abad perdebatan terpusat sekitar seberapa banyak orang Eropa modern yang merupakan keturunan pemburu-pengumpul dan berapa banyak keturunan petani pertama Eropa. Untuk pertama kalinya kini kami bisa secara langsung membandingkan gen dari orang Eropa Zaman Batu ini, dan apa yang kami temukan adalah beberapa tipe DNA tidak ada di sana, meskipun umum dijumpai pada orang Eropa yang ada sekarang."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Manusia pertama kali tiba di Eropa sekitar 45 ribu tahun lampau dan menggantikan Neanderthal. Dari periode itu, pemburu-pengumpul Eropa mengalami banyak perubahan iklim, termasuk Zaman Es terakhir. Setelah akhir Zaman Es, sekitar 11 ribu tahun lalu, gaya hidup pemburu-pengumpul berlangsung selama beberapa ribu tahun namun secara bertahap tergusur oleh pertanian.

Pertanyaannya, apakah perubahan gaya hidup dari pemburu-pengumpul menjadi petani itu dibawa ke Eropa oleh orang baru atau apakah hanya gagasan bertani yang menyebar. Nah, hasil riset tim peneliti Jerman dan Inggris yang dipimpin ilmuwan Mainz ini tampaknya telah memecahkan sebagian besar pokok perdebatan selama seabad itu.

"Analisis kami memperlihatkan bahwa tidak ada kesinambungan langsung antara pemburu-pengumpul dan petani di Eropa Tengah," kata Joachim Burger, peneliti dari Mainz University. "Karena pemburu-pengumpul yang pertama berada di daerah itu, para petani pastilah berimigrasi ke wilayah tersebut."

Studi itu mengidentifikasi Carpathian Basin sebagai asal-muasal petani pertama Eropa Tengah. "Tampaknya petani dari budaya Linearband-keramik berimigrasi dari daerah yang saat ini adalah Hungaria sekitar 7.500 tahun lalu ke Eropa Tengah, awalnya tanpa bercampur dengan penduduk setempat yang mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan buah-buahan," kata Barbara. "Ini mengejutkan karena tak ada kontak budaya antara penduduk lokal dan imigran. Tampaknya tak ada pertukaran genetika perempuan."

Studi ini mengonfirmasi temuan tim Burger pada 2005 bahwa petani pertama bukanlah nenek moyang langsung orang Eropa modern. "Kami masih mencari komponen nenek moyang orang Eropa modern yang masih tersisa," kata Burger. "Pemburu-pengumpul Eropa dan petani pertama saja tidak cukup. Tapi data DNA purba baru dari periode prasejarah Eropa yang lebih kuno ada kemungkinan bisa mengungkap masalah ini di kemudian hari."

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | UCL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

3 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

23 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

27 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

28 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

29 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

45 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.