Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Petani Pertama Eropa Hanya Mewariskan Sedikit DNA

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, London - Petani pertama yang membawa kultur pertanian ke Eropa Tengah sekitar 7.500 tahun lampau tidak terlalu banyak berkontribusi pada pembentukan genetika orang Eropa modern. Ini terungkap lewat analisis DNA purba detail pertama yang diekstrak dari tulang-belulang mereka.

Perdebatan panas tentang asal-usul orang Eropa modern memiliki sejarah panjang, dan studi ini memperkuat argumen bahwa sebagian besar leluhur orang Eropa Tengah adalah keturunan pemburu-pengumpul Paleolitikum "Zaman Batu Tua", yang tiba di benua itu sekitar 40 ribu tahun lalu, bukan petani pertama yang tiba puluhan ribu tahun kemudian pada Zaman Neolitikum.

Dalam riset yang melibatkan ilmuwan dari tiga negara Eropa, Jerman, Inggris, dan Estonia, itu para peneliti mengekstrak dan menganalisis DNA mitokondria dari 24 kerangka petani pertama dari 16 lokasi di Jerman, Austria, dan Hungaria. Enam dari 24 kerangka itu mengandung tanda tangan genetik yang amat jarang ditemukan pada populasi orang Eropa modern. Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa petani awal tidak mewariskan banyak tanda genetik pada populasi orang Eropa modern. "Ini mengejutkan," kata Joachim Burger, peneliti utama studi itu dari Johannes Gutenberg Universität Mainz di Mainz, Jerman. "Saya mengira distribusi DNA mitokondria pada petani pertama ini jauh lebih mirip dengan apa yang terdistribusi di Eropa saat ini."

Peter Forster, peneliti dari University of Cambridge di Cambridge, Inggris, menyatakan hasil studi itu justru menunjukkan bahwa kemungkinan besar kontribusi petani pertama ini nyaris nihil.

Untuk menjawab pertanyaan seputar leluhur orang Eropa modern, para peneliti mempelajari DNA mitokondria dari petani pertama di Eropa Tengah. DNA mitokondria dianggap sebagai sumber yang tepat untuk mengetahui silsilah orang Eropa modern karena DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya tanpa bercampur atau rekombinasi dengan DNA mitokondria pihak ayah. "Karena itu, DNA mitokondria menyediakan jalan bagi kami untuk merangkai bukti-bukti seberapa dekat kekerabatan anggota suatu spesies, dengan menggunakan silsilah garis ibu sebagai panduan," kata Burger.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam studi baru ini, para ilmuwan mencoba mengekstrak DNA mitokondria dari kerangka 56 manusia yang hidup di berbagai wilayah Eropa Tengah sekitar 7.500 tahun lampau. Semua manusia purba ini berasal dari budaya yang dapat dikenali dari ragam hias pada barang-barang gerabahnya, Linearbandkeramik (LBK) dan Alföldi Vonaldiszes Kerámia (AVK). Kehadiran budaya ini di Eropa Tengah menandai awal pertanian di kawasan itu. Asal-usul praktek pertanian itu sendiri bermula dari "Bulan Sabit Subur", suatu kawasan di Timur Tengah dekat Lembah Nil sampai Sungai Tigris, sekitar 12 ribu tahun lalu.

Dari gigi dan tulang 56 kerangka itu, para ilmuwan mengekstrak DNA mitokondria yang cukup untuk analisis dari 24 kerangka. Enam dari 24 kerangka petani pertama itu adalah anggota silsilah manusia "N1a", menurut tanda tangan genetik atau "haplotype" dalam DNA mitokondrianya. Enam kerangka manusia purba itu berasal dari situs arkeologi di seluruh Eropa Tengah. Hanya sedikit orang Eropa modern yang berasal dari silsilah N1a ini, dan mereka tersebar luas di berbagai penjuru Eropa. "Ini amat menarik, karena migrasi penduduk, yang kemungkinan hanya segelintir itu, ke Eropa Tengah membawa dampak budaya yang amat besar," kata Forster.

TJANDRA | SCIENCEDAILY | UCL


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

5 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

25 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

29 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

29 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

30 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

47 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.