Fisikawan di laboratorium itu, Yuanming Liu, mengatakan tikus tersebut dibuat mengapung di udara menggunakan simulator gravitasi yang dihasilkan magnet gradien superkonduksi atau levitator. "Kami melakukan eksperimen ini untuk mengetahui situasi yang dialami astronot yang tinggal dalam lingkungan gravitasi mikro cukup lama untuk menyebabkan hilangnya massa tulang," kata Liu. "Dengan tikus, kami bisa mensimulasikan kondisi yang mirip dan kami bisa mempelajari apakah hilangnya massa tulang juga terjadi pada tikus."
Setelah berhasil mengapungkan tikus di dalam laboratorium, eksperimen akan dinaikkan pada tahap berikutnya, yaitu membuat tikus berada dalam levitator selama sepekan atau lebih. Liu menggunakan tikus yang telah dibius parsial dalam eksperimen itu. "Tikus yang sadar sepenuhnya tidak menyukai kondisi mengapung dan mulai berputar dan mengalami disorientasi," ujarnya.
Namun, setelah beberapa kali melayang di udara, tikus pun bertingkah normal ketika berada dalam alat itu meski tidak dibius. Mereka tetap makan dan minum dengan tenang meski tengah melayang di udara.
TJANDRA | REUTERS | LIVESCIENCE