Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ledakan Yang Melahirkan Komet Mini

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Potsdam - Ledakan komet terbesar yang pernah disaksikan oleh astronom ternyata melahirkan sekelompok komet mini. Komet 17P/Holmes tersebut mulai diobservasi oleh sebuah tim ilmuwan sejak Oktober 2007, setelah dilaporkan bahwa obyek dengan lebar 3,5 kilometer itu bertambah terang 1000 kali lipat hanya dalam waktu kurang dari sehari. Temuan ini akan dipresentasikan pada European Planetary Science Congress di Potsdam, Jerman, hari ini.

Rachel Stevenson, seorang peneliti dari University of California Los Angeles (UCLA) di Amerika Serikat, bersama timnya mencatat sejumlah pecahan yang menyembur dari inti komet tersebut. Mereka terus mengobservasi komet tersebut selama beberapa pekan pasca ledakan menggunakan Teleskop Kanada-Prancis-Hawaii di Hawaii dan mengamati awan debu yang dilepaskan komet tumbuh lebih besar daripada matahari.

Para astronom memeriksa serangkaian citra yang diambil selama sembilan malam dengan memakai sebuah filter digital yang dapat memperkuat fitur kecil. Mereka menemukan banyak sekali pbyek kecil yang bergerak menjauhi inti komet dengan kecepatan mencapai 125 meter per detik. Obyek itu terlampau terang untuk batu biasa, tapi lebih mirip dengan komet mini, yang menciptakan awan debu ketika es pada permukaannya menyublim langsung menjadi uap.

"Awalnya kami berpikir komet ini unik hanya karena skala ledakannya yang luar biasa besar,” kata Stevenson. “Namun kami segera menyadarai bahwa apa yang terjadi pasca ledakan menunjukkan fitur ganjil, seperti serpihan-serpihan yang bergerak cepat, yang tak pernah terdeteksi di sekitar komet lain.”

Meski ledakan komet itu luar biasa besarnya dalam hasil pencitraan teleskop, ledakan itu tak terlihat mata telanjang. Para ilmuwan juga belum yakin apa yang menyebabkan ledakan tersebut. Mereka menduga, tekanan dalam komet meningkat ketika benda antariksa itu bergerak mendekati matahari, sehingga lapisan permukaannya pecah dan melepaskan awan debu raksasa berikut serpihan yang lebih besar.

Inti komet Holmes itu sendiri tampaknya tetap utuh dan terus melintasi orbitnya walaupun telah melepaskan banyak komet mini. Komet itu memerlukan enam tahun untuk mengelilingi matahari dan bergerak di antara tepi dalam sabuk asteroid dan Jupiter.

Kini komet itu bergerak menjauhi matahari. Para astronom memperkirakan komet itu akan mencapai titik terdekat dengan matahari pada 2014. Pada saat itu, mereka akan memeriksa apakah ada tanda-tanda ledakan selanjutnya.

 

TJANDRA DEWI | SPACE
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

17 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

23 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

23 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

24 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.