TEMPO Interaktif, Jakarta - Musim "pulang kampung" tiba. Arus mudik untuk berlebaran ke kampung halaman sudah terasa sejak awal pekan ini. Selain di terminal bus dan stasiun kereta api yang dijejali pemudik, jalur darat dari Jakarta ke kota-kota lain di Jawa menunjukkan peningkatan kepadatan sejak tiga hari lalu.
Walhasil, kemacetan menjadi hal yang sulit dihindari pemudik yang menggunakan jalan darat. Macet sepertinya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual tahunan ini. "Kalau macet, ya, nikmati saja," ujar Ragil, 17 tahun, yang ikut mudik menggunakan kendaraan pribadi bersama keluarga besarnya ke Pekalongan, Jawa Tengah. Pada perjalanan mudik tahun lalu, Ragil juga terjebak macet. Jakarta-Pekalongan, yang biasanya dilalui enam jam, ditempuh selama 14 jam.
Ragil dan keluarganya mungkin sama dengan jutaan pemudik lain yang cenderung pasrah jika terjebak macet saat mudik menggunakan jalan darat. Padahal pemudik bisa menyiasatinya jika tak ingin "sengsara" di jalan. Salah satu cara "tradisional" yang masih dipakai adalah memantau lewat siaran radio. Dengan mengetahui kondisi lalu lintas dari radio, pemudik bisa mengalihkan jalan lewat jalur alternatif atau menanti saat lengang.
Tapi ada satu alternatif lagi yang bisa dilakukan, yakni memantau lalu lintas lewat kamera closed-circuit television (CCTV). Pemerintah, dalam hal ini Departemen Perhubungan, sudah menyediakan fasilitas ini. Pantauan lalu lintas lewat kamera CCTV ini bisa diakses di situs Info Mudik 2009 RTTMC (Road Transport and Traffic Management Center) di alamat: http://rttmc-hubdat.web.id/rttmc2009.
Pusat manajemen lalu lintas itu memang untuk memantau kepadatan arus lalu lintas, khususnya selama mudik Lebaran ini. "Ini merupakan sistem yang dapat memantau dan mengatur arus lalu lintas secara online," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso, Selasa pekan lalu.
RTTMC atau biasa disebut LTMC (Land Transport Management Center) sudah difungsikan sejak tiga tahun lalu. Fungsinya agar penerjunan petugas pada titik-titik kemacetan bisa segera dilakukan. Selain sebagai sarana pemantau bagi petugas, belum banyak orang tahu bahwa fasilitas ini bisa digunakan pemudik untuk memantau simpul-simpul langganan macet, dari Jakarta sampai Yogyakarta.
LTMC memiliki 22 kamera CCTV yang dipasang di sejumlah titik rawan kemacetan, yang bisa dipantau secara streaming melalui portal ini. Kamera-kamera itu antara lain ditempatkan di pintu jalan tol Cikampek, Simpang Jomin, Nagrek, Karanganyar, perlintasan Sumpiuh, atau Losarang.
Bagaimana mengaksesnya? Mudah saja. Setelah masuk halaman home, klik fitur atau menu "Live CCTV" di sisi kanan halaman. Sebuah peta Jawa, dengan ikon-ikon kamera CCTV di beberapa lokasi, akan muncul. Untuk mengetahui kondisi saat itu, tinggal klik lokasi yang diinginkan untuk streaming visual suasana lalu lintas via kamera CCTV yang dipasang di lokasi rawan macet itu.
Layanan kamera di portal Departemen Perhubungan ini mirip http://lewatmana.com (iTempo, 30 Mei 2009). Bedanya, Lewat Mana adalah portal layanan swasta. Selain itu, Lewat Mana hanya menempatkan kamera untuk memantau lalu lintas di Kota Jakarta. Namun, di samping memantau lalu lintas via kamera, Lewat Mana membuat terobosan dengan menyediakan fitur sharing, yang memberikan kesempatan kepada sesama pengguna untuk berbagi informasi lalu lintas.
Lewat Mana memanfaatkan komunitas jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter, agar pengguna bisa langsung berbagi informasi lewat akun jejaring sosialnya. "Karena pendekatannya adalah ke komunitas, Kami mendorong semua komunitas untuk ikut berkontribusi," ujar Hendry Soelistyo, pemilik Trafficlive Asia, perusahaan penyedia layanan ini. Lewat Mana juga bisa diakses melalui telepon seluler.
Kendati tak dilengkapi fitur sharing seperti Lewat Mana, portal pelat merah ini telah menyediakan SMS center untuk menampung informasi dari sesama pengguna jalan. Tentu portal ini cukup bermanfaat bagi pemudik agar tidak pasrah terjebak macet. Yuk, mari mudik!
DIMAS | WAHYUDIN FAHMI