Anehnya, meski tanpa perhelatan, peminatnya membludak. Prapemesanan yang diselenggarakan para operator sudah mencapai angka ribuan. Indosat, misalnya, sudah mendapat 6.000 pesanan. Telkomsel nyaris 1.000 unit.
Harga awal, yang berada di bawah model BlackBerry sebelumnya, barangkali menjadi daya tarik ponsel pintar ini. Kelasnya memang ada di bawah BlackBerry Curve 8900 alias Javelin, apalagi Bold.
Meski demikian, kita sama-sama sudah tahu bahwa harga yang ditetapkan para distributor itu--berkisar dari Rp 3,4 juta sampai Rp 3,5 juta--masih jauh di atas harga di luar negeri, yang hanya sekitar US$ 130 dengan kontrak dua tahun. Apalagi nilai tukar rupiah menguat akhir-akhir ini.
Tapi baiklah. Pada saat para penggila BlackBerry tak sabar menanti barang pesanannya, kami sudah berkesempatan menguji Curve 8520 ini selama sepekan terakhir. Kesan pertama, Gemini menghadirkan sedikit penyegaran dalam desain dan teknologi dari pendahulunya.
Mengapa sedikit? Sebab, kelas Gemini memang ada di bawah Javelin, apalagi Bold dan Storm.
Penyegaran pertama ada pada desain bentuk, yang lebih langsing dan ringan ketimbang Javelin. Sudut-sudutnya lebih membulat. Ia 0,4 milimeter lebih tipis ketimbang Javelin dan bobotnya 4 gram lebih ringan.
Ukuran layar Gemini dan Javelin relatif sama. Namun, resolusi Gemini lebih kecil dengan 320 x 240 piksel. Bandingkan dengan Javelin, yang 480 x 360 piksel. Adapun koleksi warna keduanya sama saja, 65.536 warna TFT.
Dengan resolusi ini, Gemini masih bisa menampilkan gambar yang jernih, meski di bawah Javelin. Hasil jepretan kamera 2 megapikselnya tentu ada di bawah Javelin, yang 3,2 megapiksel.
Perbedaan besar di antara kedua handset itu ada pada sistem navigasi menu. Sementara Javelin memakai bola penjejak (trackball), Gemini malah memakai trackpad, yang berfungsi seperti touchpad pada laptop dalam skala yang sangat kecil.
Yang terbiasa memakai trackball seperti pada Javelin dan Bold akan merasa sedikit "aneh" saat memakai trackpad ini. Namun, itu barangkali hanya soal membiasakan diri saja.
Bila sudah terbiasa, rasanya akan sama saja. Malah mungkin lebih menguntungkan daripada si bola, yang tak jarang menimbulkan persoalan lantaran debu atau kotoran hingga perlu sering-sering dilumasi dengan minyak kayu putih.
Adapun fitur-fitur lain akan tetap mengingatkan kita pada daya tarik BlackBerry. Mulai keyboard QWERTY yang cukup nyaman dipencet, kecuali mungkin jika Anda memiliki jemari yang relatif besar.
Curve 8520 sudah dilengkapi fitur-fitur seperti koneksi nirkabel Wi-Fi dan Bluetooth. Koneksi lain melalui micro-USB. Ia juga memiliki pemutar multimedia, seperti musik digital dan video.
Disebutkan, kemampuan baterainya mencapai 4 jam untuk waktu bicara dan 17 hari standby. Dalam pemakaian tak terlalu berat, ia bisa bertahan 4 hari sebelum diisi ulang.
Transfer data pada handset ini bisa melalui GPRS/EDGE. Kecepatan dan ketersediaan jaringannya memang bergantung pada operator seluler.
Pada pengujian kali ini, i-Tempo memakai kartu SIM dari Axis, operator paling anyar yang ikut bermain di pasar BlackBerry di Indonesia. Bila Anda seorang pemula, layanan Axis terbilang mudah diaplikasi.
Operator ini menyediakan paket BlackBerry "prabayar" harian (Rp 3.900), mingguan (Rp 25 ribu), dan bulanan (Rp 100 ribu). Operator akan langsung memotong ongkos ini dari pulsa. Untuk mengikutinya, cukup menghubungi nomor *222#.
Sebagai catatan, pengguna mesti memahami bahwa layanan ini baru akan aktif dalam waktu 1 x 24 jam. Selain itu, Axis akan terus memotong pulsa sesuai dengan pilihan pengguna, sampai saat pulsa tak mencukupi atau pelanggan menghentikan berlangganan.
Pemotongan pulsa itu akan dilakukan tanpa pemberitahuan. "Untuk BlackBerry memang modelnya berlangganan, jadi akan terus dipotong," kata Dede, seorang costumer service Axis, saat dihubungi i-Tempo.
Di sisi lain, jangkauan layanan BlackBerry Axis ini memang belum seluas pemain lama. Di Depok, misalnya, meski disebut telah terjangkau, kerap kali i-Tempo kehilangan sinyal. Bila tidak, sinyal yang tertangkap hanya satu sampai dua "baris".
DEDDY SINAGA