Film itu, yang terdiri atas 2000 jepretan gambar per detik, menayangkan seekor kadal basilisk berlari di atas permukaan sebuah kolam di hutan hujan di Belize, sekitar 60 kilometer dari Belize City. Gambar-gambar luar biasa itu didapat setelah 80 persen usaha yang dilakukan hanya berhasil merekam kadal-kadal itu yang menyeberang dengan berenang.
Jenis kadal yang hidup di tepian sungai di dalam hutan hujan tropis ini memang dikenal senang berjemur. Ketika melakukan kebiasaannya itu, kadal berada dalam posisi yang sangat terbuka bagi para predatornya seperti burung-burung dan kucing hutan.
Dari kondisi itulah kadal seram (basilisk) diduga berevolusi mengembangkan kemampuan berlari kencang masuk ke kolam. “Mereka berlari begitu cepat dan jempol kaki kurus panjangnya menciptakan cipratan gelembung air di udara yang digunakannya sebagai tumpuan,” kata Simon Blakeney, produser serial itu.
Mereka harus berlari sangat cepat kalau tidak ingin gelembung air pecah duluan dan ia terpeleset ke dalam air. “Percikan air dibelakangnya menciptakan jejak seperti batuan kerikil yang berjatuhan ke dalam air,” tutur Blakeney yang memperlambat tayangan itu sampai 1/80 kecepatan sebenarnya.
Jenis reptil lainnya, tokek Coleodactylus amazonicus, yang direkamnya di Aripauna, di pinggiran hutan Amazon, Brazil, malah berevolusi menjadi antiair. Berukuran panjang hanya 2-4 cm dari ujung kepala sampai ekor, tokek ini memanfaatkan tubuh mungilnya yang bisa mengapung di atas air tanpa memecah tegangan permukaan air.
“Kulit hidrofobia yang bisa menolak air seperti halnya jaket antiair berguna untuknya agar tidak tenggelam ketika diterjang butiran air hujan,” kata Blakeney.
(BBC)