TEMPO Interaktif, Bandung -Ini merupakan yang kedua kalinya Feri Ametia Pratama mempertandingkan pesawat unmanned aerial vehicle kreasinya sendiri di Indonesian Indoor Aerial Robot Contest. Dalam lomba kedua ini, Feri gagal merebut gelar juara pertama seperti yang diraihnyapada kompetisi serupa pada Oktober tahun lalu.
Maleo, pesawat aeromodelling yang dirancangnya gagal merebut posisi pertama karena dihantam angin keras yang masuk ke dalam ruang serba guna ITB, tempat perlombaan, lewat ventilasi atas. Maleo tak berhasil mengulang kesuksesan Bul-bul, pesawat aeromodelling yang dibawa pada lomba tahun sebelumnya.
Bekat Bul-bul, Hardian dan M. Luthfi Nurhakim, rekan satu tim Feri, didampingi dosen pembimbing Taufiq Mulyanto, dia mengikuti Student Indoor Aerial Robot Contest di Jepang pada 19-20 September lalu atas undangan Universitas Tokyo. "Disebut kontes robot karena pesawat terbang tanpa awak," ujarnya.
Bul-bul 2.0 memakai konfigurasi multi-plane (bersayap banyak). Sayap utama diletakkan di depan, sayap sekunder di belakang dengan rentang lebih kecil, dan sayap ketiga pada bagian ekor. Bentuk itu memungkinkan pesawat terbang dengan kecepatan rendah, tapi tetap lincah bermanuver. Bahan konstruksi utamanya adalah Styrofoam karena bobot pesawat maksimal 200 gram.
Dalam kontes itu, tiap peserta wajib menjalankan empat misi, yaitu menjatuhkan kantong pasir seberat 12-15 gram (otedama) di tiga titik tertentu dan tiga kali terbang melingkar serta terbang melewati gerbang. Nilai tim dari Jurusan Penerbangan Aeronautika dan Astronautika Institut Teknologi Bandung itu kurang baik karena titik jatuhnya otedama tidak tepat sasaran, namun Bul-bul mampu bermanuver tanpa jeda. "Kalau peserta lain keliling dulu baru melingkar," kata dia.
Misi terakhir adalah terbang tanpa diarahkan radio control selama tiga detik. Tim ITB mampu menuntaskan seluruh misi 30 detik lebih cepat daripada waktu yang disediakan selama dua menit dan menjadi satu-satunya perwakilan dari luar Jepang yang lolos di babak akhir.
Dewan juri berpendapat desain sayap Bul-Bul dengan bentang sayap yang pendek menciptakan kestabilan guling yang kurang baik, tapi masalah itu tertolong oleh kombinasi kelincahan pesawat dan keahlian pilot. Meski duduk di peringkat ke-12, Bul-bul pulang dengan mengusung piala dan uang hadiah 10 ribu yen setelah meraih gelar Best Pilot. "Itu kombinasi keistimewaan desain dan pengendalian pesawat," kata Feri.
ANWAR SISWADI