TEMPO Interaktif, Jakarta - Hingga akhir abad 21, suhu di Indonesia diperkirakan akan meningkat di atas rata-rata trend satu derajat Celsius per 100 tahun akibat perubahan iklim. Daerah pegunungan dan dataran tinggi akan mengalami dampak terparah.
Proyeksi iklim yang menggunakan simulasi Global Circulation Model (GCM) Meteorogical Research Institute (MRI) beresolusi super tinggi (20 km) itu menunjukkan beberapa daerah yang berlokasi di dataran rendah, seperti pantai dan daerah datar, serta hampir seluruh wilayah Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur antara dua derajat Celsius sampai 2,5 derajat Celsius. Suhu di daerah dataran tinggi, semisal Bukit Barisan, Sulawesi Tengah dan Puncak Jaya Wijaya akan naik lebih dari 2,5 derajat Celsius
Akio Kitoh, Direktur Departemen Penelitian Iklim MRI, menyatakan perubahan iklim memicu peningkatan peristiwa-peristiwa ekstrim. Model resolusi tinggi diperlukan untuk menggambarkan cuaca ekstrim dan badai tropis dengan lebih baik. “Sekarang kita dapat menggunakan pemodelan dengan resolusi 20 kilometer untuk memproyeksikan perubahan iklim,” kata Akio dalam seminar “Pengembangan Kapasitas untuk Adaptasi Perubahan Iklim di Asia, Analisa Perubahan Iklim” yang digelar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta, Rabu (21/10/2009).
Hasil simulasi yang dilakukan Badan Meteorologi Jepang itu juga menunjukkan peningkatan curah hujan pada periode musim hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Total curah hujan yang turun pada periode itu akan meningkat sekitar lima persen hinggga 20 persen dibandingkan saat ini. Di daerah pegunungan seperti kawasan di sekitar Bukit Barisan dan dataran tinggi Papua diproyeksikan mengalami penurunan curah hujan.
Simulasi juga memperlihatkan adanya peningkatan curah hujan di sebagian Sumatera dan sebagian Kalimantan pada periode musim kemarau. Sebaliknya, pulau Jawa diproyeksikan mengalami penurunan jumlah curah hujan pada periode musim kemarau.Erwin Eka Syahputra Makmur, Kepala Subbidang Peringatan Dini Iklim BMKG mengatakan, hasil proyeksi iklim itu sangat membantu memperkirakan perubahan iklim di Indonesia, teruma apada perubahan pola curah hujan dan parameter iklim lain, semisal suhu, angin dan kelembaban. “Pemodelan beresolusi super tinggi sangat diperlukan karena kontinen Indonesia didominasi pulau-pulau kecil, peristiwa curah hujan ekstrim dan bersifat lokal,” katanya.
TJANDRA DEWI | BMKG