TEMPO Interaktif, Washington - Menjulang tinggi ke angkasa hingga 100 meter, roket Ares I-X memang amat berbeda dibanding pesawat ulang-alik yang kekar atau roket Atlas dan Delta, pendahulunya. Tinggi dua kali lipat pesawat ulang-alik dan diameter rata-rata hanya empat meter membuat Ares I-X terlihat amat kurus, mirip pensil berdiri yang mudah tumbang bila tersenggol.
Rencananya roket itu akan diluncurkan hari ini, pukul delapan pagi waktu setempat, dari landasan di Cape Canaveral. Meski peluncuran Ares I-X hanyalah uji coba terbang, badan antariksa Amerika Serikat (NASA) menaruh asa besar pada roket kurus itu. Eksperimen tersebut adalah elemen yang amat menentukan nasib program Constellation setelah pesawat ulang-alik. Constellation adalah program yang dicanangkan dalam pemerintah Presiden George W. Bush untuk mengganti pesawat ulang-alik dengan roket yang lebih murah dan aman dalam membawa astronot ke antariksa serta mengembangkan roket Ares V yang mendukung ekspedisi ke bulan.
Namun, pergantian pucuk pemimpin negara tersebut, yang kini dipegang oleh Presiden Barack Obama, mengancam masa depan Constellation. Pemerintahan Obama dikabarkan telah menaksir ulang program antariksa NASA dan mengevaluasi lima opsi yang disodorkan sebuah panel independen, yang terdiri atas para pakar antariksa. Dari lima opsi itu, hanya satu yang mencantumkan Ares I.
Panel independen khusus itu memberikan masukan kepada Gedung Putih bahwa NASA harus melakukan perubahan besar pada rencana besarnya untuk mengembalikan astronot Amerika ke bulan, pekan lalu. Ketua panel tersebut menyatakan, berdasarkan review terhadap rencana kerja NASA, badan antariksa itu memilih tujuan yang keliru dengan roket yang salah pula.
Dalam laporan final setebal 155 halaman yang disampaikan kepada Gedung Putih itu, anggota panel menyarankan NASA berkonsentrasi pada roket yang lebih besar dan tempat baru untuk dieksplorasi. Komite yang dibentuk oleh Gedung Putih pada Mei lalu itu ditugasi meninjau program stasiun antariksa, pesawat ulang-alik, dan eksplorasi NASA yang bermasalah. Dalam ikhtisar temuan mereka bulan lalu, komite itu mendesak agar NASA lebih berfokus pada eksplorasi antariksa daripada hanya ke bulan.
Panel yang diketuai Norman Augustine, anggota dewan penasihat presiden di masa pemerintahan Presiden Bill Clinton dan George W. Bush, itu lebih menitikberatkan pada destinasi baru untuk NASA. Mereka menyatakan lebih masuk akal mengirimkan astronot ke salah satu asteroid atau satu di antara beberapa bulan Mars. Augustine mengatakan hal itu harus diselesaikan lebih dulu daripada kembali ke bulan dalam 15 tahun, seperti yang telah direncanakan NASA.
Rencana eksplorasi ke bulan yang kini mendapat kritik pedas itu sebenarnya adalah gagasan yang dilontarkan Presiden Bush setelah tragedi yang menimpa pesawat ulang-alik Columbia pada 2003. Sayangnya, rencana untuk kembali ke bulan dan mengeksplorasi Mars kini kekurangan dana karena adanya pengalihan anggaran.
Untuk menjalankan program yang diawali pada 2014 tersebut, NASA membutuhkan suntikan dana tambahan US$ 3 miliar atau Rp 28,4 triliun per tahun. Dana sebesar itu harus disiapkan, kata Augustine, bila NASA ingin melihat para astronotnya meluncur ke orbit.
Komisi tersebut menginginkan NASA memperpanjang program Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dan pesawat ulang-aliknya. Pesawat ulang-alik NASA, yang kini tinggal tiga unit, yaitu Atlantis, Discovery, dan Endeavour, direncanakan pensiun pada 1 Oktober 2010, tapi bisa tetap terbang sampai 2011 karena beberapa misi ke ISS yang belum terlaksana hingga saat itu. Stasiun antariksa ISS, yang kini hampir rampung, harus tetap beroperasi hingga akhir 2020 agar lebih banyak eksperimen ilmiah bisa dikerjakan. NASA mengagendakan "hotel antariksa" itu bekerja hingga 2015 sebelum dicemplungkan ke samudra.
Di pengujung ikhtisarnya, Augustine menyatakan bahwa NASA bisa saja kembali ke bulan, namun hanya sebatas batu lompatan untuk persiapan penjelajahan antariksa, bukan sebagai tujuan utama seperti visi Bush.
Anggota panel, Ed Crawley, profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), mengatakan NASA seharusnya mengeksplorasi tata surya bagian dalam untuk menarik minat publik Amerika. Dia mencatat begitu banyak komet dan asteroid baru yang ditemukan setiap tahun. "Sehingga mungkin titik pendaratan pertama adalah sesuatu yang tak kita ketahui sebelumnya," ujar Crawley.
Hingga saat ini, pemerintahan Obama belum mengambil keputusan terhadap masukan itu. "Gedung Putih akan meninjau analisis panel dan Presiden yang akan membuat keputusan final," kata juru bicara Gedung Putih, Nick Shapiro.
Dibayangi ketidakpastian itu, uji coba terbang Ares I-X sangat menentukan kelanjutan Constellation. Meski tak ada jaminan pula bahwa kesuksesan Ares akan membuat pemerintahan Obama mempertahankan program itu. "Anda tak dapat menghindarinya," kata Mike Griffin, mantan pemimpin NASA. "Anda tak bisa mengambil keputusan berdasarkan satu kali tes terbang, tetapi memang tak terhindarkan bila pengambil kebijakan akan melihat sukses atau gagalnya penerbangan ini sebagai acuan dalam mengambil keputusan."
Roket seberat 816.466 kilogram itu terbuat dari empat segmen pendorong berbahan bakar padat, sedangkan segmen kelima, bagian kedua, kapsul awak Orion, dan roket penyelamat hanya tiruan saja. Lebih dari 700 sensor, termasuk tiga kamera televisi, terpasang pada roket untuk menilai performa dan tekanan yang dialami wahana itu.
Seperti pesawat ulang-alik, booster Ares I-X akan menyala selama dua menit, mendorong wahana itu ke ketinggian sekitar 40 kilometer dengan kecepatan hampir lima kali lipat kecepatan suara. Pada titik tersebut, sekitar 70 kilometer sebelah timur Kennedy Space Center, bagian pertama Ares I-X akan memisah dari bagian atasnya dan jatuh ke Samudra Atlantik untuk mengetes parasut baru yang dirancang untuk operasional Ares I. Sedangkan tiruan bagian atasnya akan jatuh ke samudra, sekitar 230 kilometer dari lokasi peluncuran. "Kami amat senang terlibat dalam sistem penerbangan, melihat apa yang bisa dilakukan Ares I," kata Jeff Hanley, manajer program Constellation di Johnson Space Center di Houston.
Tujuan tes terbang ini adalah melakukan verifikasi pemodelan komputer dan karakteristik penerbangan selama dua menit pertama yang amat kritis, ketika tekanan aerodinamik mencapai puncak. Meski Ares I-X hanya dilengkapi empat segmen dalam tes penerbangan ini, para insinyur menyatakan roket ini amat menyerupai karakter penerbangan yang dihadapi roket Ares I asli, yang terdiri atas lima segmen.
TJANDRA DEWI | AP | NASA | CBS |