Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Monster Purba Bermata Tiga  

image-gnews
George Poinar
George Poinar
Iklan
TEMPO Interaktif, Corvallis - Serangga terbang purba yang terawetkan dalam batu amber Burma selama jutaan tahun ternyata merupakan spesies dari genus dan famili lalat baru yang belum pernah diobservasi sebelumnya. Para ilmuwan Amerika Serikat yang menemukan binatang berumur 100 juta tahun itu menjuluki serangga tersebut sebagai unicorn karena tanduk tunggal di atas kepalanya.

Spesimen serangga kecil yang terawetkan sempurna itu memiliki bentuk mengerikan. Sebuah tanduk kecil mencuat dari puncak kepalanya, dan tiga mata bertengger di ujung tanduk tersebut. Bentuk penglihatan yang ganjil ini seharusnya membuat serangga itu mampu mendeteksi kedatangan binatang pemangsa, namun mekanisme pertahanan cerdas ini ternyata hilang dalam proses evolusi.

"Tak ada serangga yang memiliki tanduk seperti itu dan tak ada binatang apa pun yang memiliki tanduk dengan mata di ujungnya," kata George Poinar Jr., dosen zoologi di Oregon State University, Corvallis, yang baru saja mengumumkan spesies baru itu dalam jurnal Cretaceous Research.

Poinar menduga binatang aneh tersebut ada kemungkinan hanyalah serangga kecil tak berbahaya yang memakan serbuk sari dan nektar bunga tropis. "Tapi penampilannya amat ganjil," ujarnya. "Salah seorang peninjau studi kami menyebutnya monster, dan saya harus mengakui bahwa hanya lalat lain yang mungkin menyukai rupanya. Saya berpikir untuk membuat sejumlah topeng muka binatang itu untuk perayaan Halloween."

Diperkirakan serangga terbang purba berumur antara 97 dan 110 juta tahun ini hidup di rimba Burma dan terperangkap dalam amber. Getah pohon lengket dan pekat itu, yang membungkus binatang tersebut, kemudian berubah menjadi batu dan mengawetkan semua karakteristik binatang tersebut seperti ketika masih hidup, termasuk tanduk aneh bermata tiganya. "Jika berpatokan pada sayapnya, binatang itu terlihat mirip serangga terbang lain dalam famili Bibionomorpha," kata Poinar. "Namun, binatang ini berasal dari pengujung masa Cretacous Awal ketika banyak adaptasi evolusioner aneh terjadi. Tanduk dan mata yang terspesialisasi itu mungkin memberikan keuntungan bagi serangga tersebut dalam mencari bunga-bunga kecil, tapi tak berguna ketika bunga berkembang menjadi berukuran lebih besar sehingga ia punah."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Poinar menamai serangga terbang baru itu Cascoplecia insolitis. Nama ini diambil dari kata Latin "cascus" untuk tua dan "insolates" untuk aneh dan ganjil. Serangga itu juga memiliki beragam karakteristik ganjil lain, semisal antena berbentuk aneh dan kaki luar biasa panjang yang dapat membantunya memanjat bunga.

TJANDRA DEWI l SCIENCEDAILY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

23 jam lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

20 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

21 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

25 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

25 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

26 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

42 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.