Qian, yang dalam ejaan lama Cina (Wade-Gilles) ditulis Tsien Hsue-shen, bersama beberapa insinyur Amerika Serikat ikut mendirikan Jet Propolsion Laboratory pada 1936, lembaga yang yang di belakang hari menjadi salah satu lengan utama NASA.
Jenius Cina ini kembali ke kampung halaman, meski sudah berkewarganegaraan Amerika Serikat, karena ia dicurigai sebagai seorang komunis. Sesampai di Cina, ia segera melatih insinyur negerinya membuat roket dan mengajukan proposal penelitian pembuatan roket.
Hasilnya, Cina memiliki peluru kendali antar benua serta roket yang saat ini tidak hanya membawa satelit tapi juga astronot.
Karir aneh Qian ini--sebagai pelopor roket di Amerika maupun Cina--dimulai setelah ia lulus kuliah pada 1934 di Universitas Jiaotong, Qian, Cina, pada usia 23 tahun. Sebagai sarjana pintar, dua tahun berikutnya ia mendapat beasiswa di California Institute of Technology dan belajar dari Theodore von Karman, orangyang bisa disebut bapak roket Amerika Serikat.
Di tahun ia datang itu pula, Jet Propolsion Laboratory didirikan oleh Karman bersama sejumlah jenius lain termasuk Qian. Saat Perang Dunia II, laboratorium ini berusaha melawan roket balistik pertama dunia: V-2 buatan Jerman. Qian pun berstatus sebagai konsultan Pentagon dan mendapat pangkat asimilasi kolonel.
Setelah Perang Dunia II selesai, Qian dikirim ke Jerman dan mengais-ngais teknologi V-2 serta mewawancarai pembuatnya, Wernher von Braun. Saat itu usia Qian baru 30-an tahun tapi Karman sudah menyebutnya sebagai jenius.
Pada usia 1949, ia melamar menjadi warga negara Amerika Serikat. Tapi pihak imigrasi menemukan namanya ada dalam satu dokumen Partai Komunis Amerika Serikat, sehingga mereka menolak. Hanya dua pekan setelah ia dicurigai komunis, karirnya langsung berhenti.
Saat itu Amerika Serikat sedang berada di puncak antikomunis. Semua yang berbau komunis, langsung dijungkalkan.
Qian sendiri pada dasarnya bukan komunis. Istri yang ia nikahi pada 1947, misalnya, adalah Jiang Ying. Jiang Ying ini akan seorang jenderal dan tangan kanan Chiang Kai-shek, pemimpin Cina nasionalis yang akhirnya tersingkir ke Taiwan.
Qian, yang jengkel, akhirnya menyatakan akan kembali ke Cina. Amerika segera menahannya. Akhirnya, dengan ditukar tawanan perang Amerika yang ditahan Cina dalam Perang Korea, Qian bisa kembali ke kampung halamannya.
Banyak pihak berusaha agar Qian tetap bekerja di Amerika Serikat. Pihak Pentagon salah satunya. Begitu pula pihal California Institute of Technology, juga berusaha membebaskan Qian dari tahanan sampai menyewa pengacara untuknya.
Kurang dari setahun setelah kembali ke Cina, Qian mengusulkan kepada pemerintah Cina untuk membuat roket balistik. Proposal itu disetujui pemerintah Cina dan pada akhir 1956, Qian menjadi direkturnya.
Pada 1958, Qian merampungkan perencanaan rudal balistik Dongfeng. Rudal ini semula meminjan teknologi Rusia. Rusia, seperti Amerika Serikat, awalna mengendalikan teknologi V2 Jerman.
Belakangan Dongfeng menjadi rudal antarbenua dan sampai sekarang masih menjadi andalan Cina. Selain itu, Dongfeng juga menjadi basis teknologi roket Long March yang menjadi andalan Cina untuk meluncurkan satelit serta, belakangan, astronot.
Cina sangat menghargai ilmuwan yang sudah dua dekade pensiun itu. Agustus silam, Perdana Menteri Wen Jiabao menyempatkan diri menengok dan memujinya karena menghabiskan hidup demi teknologi pertahanan negerinya.
AP/NURKHOIRI