Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hobbit Flores, Spesies Baru Hominin

image-gnews
Homo floresiensis/Internet
Homo floresiensis/Internet
Iklan

 

TEMPO Interaktif, Jakarta - Debat tentang fosil Manusia Flores, Homo floresiensis, sering disebut juga dengan hobbit Flores, masih terus berlangsung. Selama ini ada dua arus pendapat. Pertama, yang menganggap Homo floresiensis sebagai spesies baru dari hominin, sering disebut Hobbit, pendapat ini dimotori oleh para peneliti dari Australia, seperti antropolog Peter Brown, Michael Morwood, dan para koleganya.

Pendapat kedua mengatakan, Homo floresiensis bukan merupakan spesies baru, tetapi merupakan bagian dari spesies manusia modern dari bangsa Homo erectus yang menderita sindroma kekerdilan dan penyakit microchepaly, --penyakit yang menyebabkan pengerdilan volume otak dan ukuran tubuh, pendapat ini dimotori Profesor Teuku Jacob dan para koleganya dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Baru-baru ini, para peneliti dari Universitas Medis Stony Brook, New York, Amerika Serikat, mengumumkan hasil penelitiannya terhadap fosil Homo florensiensis yang cenderung mendukung pendapat pertama dan menyimpulkan bahwa fosil itu merupakan spesies manusia kuno baru, atau hobbit, dan kelainan mereka bukan disebabkan oleh suatu penyakit sehingga ukuran tubuhnya menjadi mini.

Dengan menggunakan metode penelitian analisa statistik terhadap kerangka fosil yang ditemukan, para peneliti meyakini Homo floresiensis merupakan sebuah spesies baru dari manusia kuno, atau hobbit, yang bertubuh mini, dan bukan versi manusia modern yang terkena penyakit sehingga tubuhnya menjadi kerdil dan kemudian diturunkan secara genetis. Sehingga Homo floresiensis merupakan generasi manusia yang belum sempurna jika dibandingkan dengan generasi Homo erectus, dan generasi manusia sempurna Homo sapiens yang kini mendiami bumi.

Detail lengkap dari hasil penelitian ini baru akan dipublikasikan dalam Jurnal Significance, terbitan Royal Statistical Society, pada edisi bulan Desember mendatang.

Fosil Homo florensiensis pertama kali ditemukan pada tahun 2003 oleh sekelompok peneliti Australia dan Indonesia, di Liang Bua, Nusa Tenggara Timur. Dari hasil rekonstruksi diketahui fosil ini merupakan kerangka dari manusia yang memiliki tubuh mini, volume otak kecil, dan mirip dengan hominin, yaitu bangsa manusia kuno. Dari uji karbon terhadap fosil temuan, spesies ini diperkirakan hidup di Flores sekitar 18.000 tahun yang lalu. Jika Anda menonton seri film Lord of The Ring, manusia hominin ini disebut dengan hobbit yang bertubuh kecil.

Para peneliti dari Universitas Medis Stony Brook yang dipimpin William Jungers dan Karen Baad melakukan penelitian terhadap kerangka fosil Homo floresiensis berjenis kelamin perempuan yang diberi code LB1 dan diberi nama penelitian 'Little Lady of Flores' atau 'Flo', menyimpulkan fosil itu merupakan spesies hasil evolusi hobbit. Penelitian meliputi fosil bagian tengkorak, rahang, telapak tangan, kaki, dan telapak kaki, yang dibandingkan dengan ukuran fosil-fosil manusia temuan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan, kapasitas otak LB1 diperkirakan hanya sekitar 400 cm saja, yang sebanding dengan ukuran otak Simpanse atau Siamang berkaki dua di Afrika. Ukuran tengkorak dan tulang rahang Homo floresiensis, juga lebih primitif dari ukuran fosil manusia modern normal yang ditemukan daerah dimanapun.

Temuan fosil Homo floresiensis relatif lengkap, sehingga para ilmuwan dapat melakukan rekonstruksi sosoknya, yang dapat dibandingkan dengan sosok manusia modern. Tulang paha dan tulang betisnya jauh lebih pendek daripada yang dimiliki manusia modern, bahkan jika dibandingkan dengan temuan fosil manusia kerdil serupa di Afrika Tengah, Afrika Selatan, dan manusia kerdil negritto di Kepulauan Andaman dan Filipina.

Sehingga para peneliti berspekulasi ini merupakan bagian dari sebuah rantai evolusi dari bangsa hominid, yang menyebar di berbagai lokasi dunia pada masa lalu. “Sulit dipercaya proses evolusi dipengaruhi juga dengan kemampuan gerak agar lebih ekonomis,” ujar Jungers, “spesies ini mengembangkan paha dan kaki yang lebih pendek, agar dapat berjalan kaki lebih baik dan efektif pada waktu itu.”

Analisis statistik dari Jungers dengan persamaan regresi yang dia kembangkan, menunjukkan rata-rata tinggi Homo floresiensis sekitar 106 cm, jauh lebih pendek dari rata-rata tinggi manusia modern kerdil yang rata-rata memiliki tinggi 150 cm. Rekonstruksi menunjukkan sosok fisik LB1, juga jauh berbeda dengan umumnya orang kerdil serupa yang ditemukan di Asia Tenggara maupun Afrika, baik pada tinggi maupun ukuran tubuh. “Anatomi Homo floresiensis jauh lebih unik daripada anatomi manusia yang terkena penyakit seperti microcephaly dan sindroma kekerdilan,” tegas Dr. Baab.

Debat apakah Homo floresiensis merupakan jenis manusia modern yang menderita penyakit kelainan atau salah satu varian hobbit, tampaknya masih belum akan final. Namun jika Anda ingin mengenal sosoknya, Anda bisa mengunjungi Museum Geologi Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat, yang membuat dan memajang patung sosok Hobbit Flores ini didepan museum.

SCIENCEDAILY l WAHYUANA






 



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

6 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

6 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

9 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

katak mutiara merupakan jenis katak pohon yang memiliki bintik seperti mutiara. Saat ini populasinya sudah langka. Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak ini di Pegunungan Sanggabuana, Karawang (dok.SWR)
Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.


Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orcinus orca atau paus pembunuh. Shutterstock
Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.


Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Ular Piton (ilustrasi).
Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.


Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Penelitian tentang kenapa bebek berenang dalam formasi satu baris memenangkan Hadiah Ig Nobel bidang Fisika 2022. YouTube
Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.


Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Tim Indonesia yang berhasil meraih empat medali yakni dua medali emas dan dua perunggu dalam ajang International Biology Olympiad (IBO) ke-33 tahun 2022 yang diselenggarakan di Yerevan, Armenia. ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi.
Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.


3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?