Petinggi Google menjelaskan bahwa pihaknya terus bekerja sama dengan proyek-proyek open source, seperti GNU, Linux Kernel, Moblin, Ubuntu, dan Webkit. Para pengembang dapat mengunduhnya di website proyek Chromium OS untuk bagian code base, user interface, dan design documents. Rancangan ini masih sketsa kasar dan Google berencana terus melengkapinya sampai siap dirilis ke calon pengguna tahun depan. Karena itu, para pengembang software dapat memanfaatkan kode tersebut untuk membuat sistem operasi versi sendiri.
Perusahaan raksasa ini mengklaim Chrome berbeda dengan sistem operasi yang ada saat ini. Pertama, Google Chrome OS membawa web browser sebagai sistem operasi sebuah komputer. "Semua aplikasi adalah web application," kata Sundar Pichai, Wakil Presiden untuk Manajemen Produk Google. Chrome OS tidak menjalankan aplikasi lokal seperti sistem operasi personal computer umumnya. Semua dokumen dan data juga disimpan di server Internet. Alhasil semua aktivitas dilakukan dengan browser dan tak ada aplikasi konvensional di desktop. Karena itu, pengguna tak perlu disibukkan melakukan instalasi, mengelola, dan melakukan update sendiri.
Baca Juga:
Perbedaan kedua menyangkut keamanan, kemudahan, dan kecepatan. Setiap aplikasi dilengkapi dengan sandbox atau kunci rahasia yang unik, sehingga menyulitkan malware menginfeksi komputer. Sistem operasi juga akan melakukan pengecekan dan pemulihan setiap kali reboot. Hal ini dapat dilakukan karena semua aplikasi berjalan di web sehingga pengguna tak perlu memikirkan apakah aplikasi tersebut bisa dipercaya atau tidak.
Soal kecepatan, bukan hanya sebagai browser, tapi juga dimulai sejak pengguna menghidupkan komputer. "Cuma butuh waktu 7 detik bagi Chrome OS untuk melakukan booting," ujar Pichai. Proses komputasi tidak perlu dihapus dan setiap operasi dioptimalkan serta dilakukan secara paralel. Untuk aspek kemudahan, pengguna tidak perlu meng-install aplikasi, cukup menggunakan yang tersedia di web.
Kepada pers, Google menjelaskan Chrome OS ditujukan untuk jalan di solid-state storage. Padahal sebagian besar mesin komputer saat ini belum mampu berjalan di sistem itu. Boleh jadi kode yang dibuka Google ini sekaligus sinyal bagi developer dan pabrikan komputer untuk siap-siap membuat mesin yang sesuai buat Chrome OS, yang bakal meluncur 12 bulan lagi.
Selain mesin komputer yang baru, Chrome OS mensyaratkan koneksi Internet yang cepat. Maklum, ketergantungan Chrome OS pada koneksi Internet sangat besar karena data bakal disinkronkan ke cloud dan aplikasi banyak butuh koneksi online. Bagi konsumen di Indonesia yang koneksi Internetnya lambat, hal ini akan jadi kendala tersendiri.
UNTUNG WIDYANTO