Para ilmuwan tersebut mempelajari ukuran, kekuatan, dan daya jangkau tsunami sebagai bagian dari upaya mengantisipasi bencana di masa depan. Gelombang yang menyebabkan kerusakan hebat itu disebabkan oleh gempa bawah laut dengan magnitudo 8.0.
Gelombang raksasa yang menghantam Samoa, Samoa Amerika, dan Tonga menghancurkan seluruh bangunan kayu tradisional, umumnya satu lantai, yang dibangun di sepanjang pantai. "Sedangkan bangunan dari beton yang diperkuat hanya mengalami kerusakan kecil," kata Stefan Reese, peneliti di National Institute of Water and Atmospheric Research, Selandia Baru.
Reese mengatakan tinggi gelombang itu mencapai 14 meter. Para ilmuwan mengukur jejak bekas air pada bangunan dan pepohonan untuk mengonfirmasi tinggi gelombang tsunami. "Di beberapa daerah nyaris tak ada tersisa, setelah gelombang itu menyapu daratan sejauh 700 meter dari pantai," kata Reese.
"Bentangan terumbu karang yang luas menyelamatkan sejumlah desa dari kehancuran dengan mengurangi tinggi gelombang hingga 3 meter," Reese menambahkan.
Gempa Samoa menciptakan patahan di dasar laut sepanjang 300 kilometer dengan kedalaman hingga 7 meter. Tsunami pada 29 September lalu itu menewaskan 34 orang di Samoa Amerika, 183 di Samoa, dan sembilan di Tonga.
TJANDRA | AP