"Ketika menonton televisi, trauma malapetaka 9/11 bangkit lagi," kata Jonathan Nelson, programmer yang tinggal di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dia masih teringat pada serangan teroris yang menubrukkan dua pesawat terbang ke menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001. "Aku harus membantu Haiti dengan kemampuan yang kumiliki," katanya.
Nelson adalah salah satu profesional bidang teknologi komunikasi dan informasi yang tergerak membantu Haiti. Sampai akhir pekan lalu, terkumpul ratusan ahli di bidang ini yang berpartisipasi dalam wadah CrisisCamp Haiti. Para relawan berasal dari perusahaan swasta, universitas, serta lembaga pemerintah, seperti Departemen Luar Negeri dan US Geological Survey.
Sunlight Foundation mengorganisasi acara kumpul-kumpul di Washington. Sabtu lalu, acara sejenis berlangsung di Silicon Valley, California. Relawan yang punya keahlian dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi rencananya bertemu di New York, Los Angeles, California, London, Denver, dan Wellington (Selandia Baru). "Ini seperti Doctors Without Borders, yang datang dan membantu," kata Gabriela Schneider, juru bicara Sunlight Foundation.
Menurut Schneider, para relawan menyediakan perangkat teknologi informasi (TI) dan keahliannya untuk membantu para korban di Haiti. Salah satunya adalah peralatan yang membantu petugas penyelamat menemukan korban di dalam reruntuhan. Mereka juga mengembangkan perangkat lunak untuk membantu anggota keluarga mencari sanak saudaranya yang hilang dalam bencana ini. Komunitas TI di Indonesia pernah menerapkannya pada bencana tsunami di Aceh dan gempa di Yogyakarta.
CrisisCamp Haiti telah memakai halaman wikipedia dengan alamat http://crisiscommons.org/wiki/index.php?title=Haiti/2010_Earthquake. Judul laman ini Haiti/2010 Earthquake. Mereka membuka kesempatan bagi para ahli menjadi sukarelawan dengan mencantumkan nama, asal negara, proyek yang akan dijalankan, keterampilan yang dimiliki, dan alamat (e-mail, telepon, serta Twitter).
Puluhan ahli terdaftar sebagai sukarelawan dalam wadah CrisisCommons. "Komunitas ini sedang berkembang dan tidak boleh diremehkan," kata Schneider. Mereka, ujarnya, adalah tech-savvy yang tahu bagaimana menggunakan jaringan teknologi informasi dan komunikasi dengan lebih baik. "Ini di luar birokrasi dan inefisiensi perusahaan dengan satu tujuan yang sama, yakni gerak cepat membantu korban," kata Nelson.
UNTUNG WIDYANTO