Sebuah studi yang dilaporkan dalam Investigative Ophthalmology & Visual Science menemukan bahwa lensa kontak penangkal sinar ultraviolet (UV) dapat mengurangi atau menghilangkan pengaruh radiasi UV matahari yang berbahaya.
Menurut temuan itu, paparan radiasi UV yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya pada kornea, lensa, dan selaput mata, seperti timbulnya katarak, yang merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Diperkirakan akan terjadi 167 ribu hingga 830 ribu kasus katarak pada 2050.
"Sayangnya, secara umum orang tak sadar ketika mata mereka menghadapi risiko kerusakan yang amat besar akibat paparan UV," kata Heather Chandler, PhD, ahli mata dari College of Optometry di Ohio State University. "Riset tentang penggunaan lensa kontak penyerap UV ini dapat memberi opsi lain untuk memberikan perlindungan terhadap perubahan detrimental yang disebabkan oleh radiasi UV."
Dalam risetnya, setiap hari tim Chandler mengekspos kelinci dengan sinar matahari yang setara dengan 16 jam paparan sinar matahari pada manusia, cukup untuk menginduksi UV yang berasosiasi dengan perubahan kornea. Kelinci yang menggunakan kontak penyerap UV (Senofilcon A) tidak terpengaruh oleh paparan UV.
Chandler mengatakan penggunaan kacamata hitam atau topi ada kemungkinan tak memberi perlindungan yang cukup dari bahaya radiasi UV matahari. Penambahan lapisan pelindung UV pada lensa kontak adalah solusi praktis bagi masalah yang disebabkan paparan UV terlalu besar. Namun, dia mengatakan, masih diperlukan studi jangka panjang untuk menentukan efisiensi penggunaan lensa kontak penyerap UV dalam periode lama, karena studi itu hanya meneliti soal paparan UV akut.
"Tak semua lensa kontak menawarkan perlindungan terhadap UV, dan yang ada pun tak seluruhnya memberi tingkat penyerapan yang sama," kata Chandler. "Riset ini akan membantu pasien dan dokter memilih lensa kontak penangkal UV bagi mereka yang memerlukan perbaikan penglihatan. Data ini juga akan mendukung penggunaan lensa kontak penyerap UV dan berdampak besar bagi kesehatan banyak orang."
TJANDRA l SCIENCEDAILY