“Hidung ini nantinya bisa digunakan dalam pengujian aroma daun tembakau, atau pekerjaan lainnya seperti mencium bau gas solvent atau polutan yang bisa berbahaya untuk kesehatan,” kata Muhammad Rivai, dosen itu, di sela-sela seminar tentang sains dan teknologi yang digelar Indonesia Toray Science Foundation, kemarin.
Rivai menjelaskan, prototipe hidung buatannya sudah dibekali dengan latihan mencium 16 jenis bau. Menggunakan simulasi komputer, latihan harus diulang hingga ribuan kali untuk memastikan hidung mengenal setiap jenis bau yang disodorkan kepadanya. “Saat ini kemampuannya mengidentifikasi bau-bau itu sudah mencapai 85 persen,” katanya.
Rivai mengungkapkan, hidung elektronik itu dikerjakannya disela-sela kegiatannya mengajar sejak 2002. Bagian tersulit adalah sensor yang menggantikan fungsi sel-sel penciuman hidung manusia yang asli.
(WURAGIL)