TEMPO Interaktif, Jerusalem - Arkeologi Israel mengatakan telah menemukan potongan besar luar biasa pengepres anggur berusia 1.400 tahun. Diperkirakan peralatan ini ada pada zaman kekaisaran Bizantium.
Ukuran pengepres anggur persegi delapan ini sekitar 6,5 x 16,5 meter. Peralatan ini ditemukan 40 kilometer di sebelah selatan Israel, antara Jerusalem dan Tel Aviv.
Direktur Eksavasi pada Lembaga Kewenangan Barang Antik Israel Uzi Ad mengatakan temuan tersebut memperlihatkan area kerajinan dan industri pada abad ke-6 hingga 7 masehi. "Situasinya di tengah daerah pertanian," ujar Ad dalam rilisnya.
Menurut mereka dalam kurun waktu itu, keseluruhan area tersebut adalah bagian dari kekaisaran Bizantium, separoh bagian barat dari Kekaisaran Romawi.
Dari ukurannya yang cukup besar, kata Ad, memperlihatkan fakta banyaknya anggur yang diproduksi. "Tak terkecuali besarannya dan tentu tidak dimaksudkan untuk konsumsi lokal," ujar Ad lagi.
Dari teknik yang ada, kata Ad, memperlihatkan pengepres anggur kompleks yang merefleksikan teknologi level tinggi. "Dari periode, yang diperoleh dan dimajukan dari generasi ke generasi," ujarnya.
Identitas pengepres anggur ini sebelumnya tertutup 20 kilometer jauhnya di sebelah utara Ashkelon. Anggur ini kemungkinan untuk diekspor ke Mesir,yang merupakan pasar ekspor utama atau ke Eropa.
Peralatan ini aslinya berukuran 15 meter x 16,5 meter dan termasuk sebuah lantai pusat penginjak dengan sebuah mozaik pavemen dimana anggur akan diinjak. Air yang keluar akan mengalir dari lantai penginjak menuju vat distribusi dan melalui lubang ke dalam dua vat pengumpul yang berlokasi di sisi berbeda.
Dikatakan juga rektangular aslinya diratakan dengan sebuah lantai mosaik yang ditemukan di sekitar lantai penginjakan. Hasil fermentasi anggur dimungkinkan berasal dari tempat tersebut.
Eli Eskozido kepala dari Lembaga Regional Soreq Nahal yang mempublikasikan penemuan ini mengatakan lokasi mungkin akan dikonservasi dan dibuka untuk publik. Lahan pertanian untuk komunitas baru yang akan dibangun untuk tempat tinggal mereka yang dievakuasi dari garis Gaza 2005.
AP | DIAN YULIASTUTI