Selama dua tahun penelitian DNA dan CT scan Tut, mumi berusia 3.300 tahun dan 15 mumi lainnya, mengakhir berbagai mitos seputar anak raja ini. Mumi Tut menarik perhatian sejak 1922 saat ditemukan kuburannya, yang juga berisi deretan permata dan atifak, termasuk topeng emas pemakaman.
Hasil temuan ini, akan dipublikasikan pada Rabu ini di Jurnal Asosiasi Kesehatan Amerika, termasuk silsilah keluarga Tut. Raja terkemuka Akhenaten, yang berusaha mengubah keyakinan Mesir kuno menjadi satu tuhan, merupakan ayah Tut. Ibunya dikatakan sebagai satu dari saudari perempuan Akhenaten.
Tut, yang menjadi raja pada usia 10 tahun pada 1.333 Sebelum Masehi., memimpin hanya sembila tahun pada sejarah Mesir. Spekulasinya, Ia mati dibunuh pada usia 19 tahun berdasarkan temuan lubang pada tengkorak kepalanya. Hingga pada uji coba CT Scan tahun 2005 mematahkan teori itu. Lubang tersebut ada dinilai akibat proses pengawetan mayat. Pemindaian ini juga menemukan patah tulang pada lengan mumi.
Hasil uji coba terbaru terhadap raja menunjukkan sistem kekebalan Tut menurun akibat penyakit bawaan. Ia mati akibat komplikasi antara patah tulang lengan yang dibarengi dengan malaria. Tim Peneliti menemukan DNA parasit malaria di sejumlah bagian mumi.
"Patah tulang akibat jatuh membuatnya hidup dalam perawataan, saat ia terkena malaria," begitu tulisan dalam artikel JAMA. "Tutankhamun memiliki sejumlah kelainan... Dia mungkin muda tapi ditopang alat bantu jalan."
AP | PURW