Breacher atau Si Pendobrak sepintas tampak seperti tank pembawa kanon. Namun sesungguhnya monster logam ini hanya membawa sebuah bajak selebar 4,5 meter dengan sebuah papan ski yang menyapu tanah di depannya. Untuk melindungi para serdadu NATO di Afganistan, Breacher menggali sebuah jalan bebas ranjau dan bom yang ditanam Taliban di pinggiran jalan.
Jika ranjau terlampau banyak, Breacher dapat menembakkan roket berisi bahan peledak C-4 berkekuatan tinggi sejauh 100 meter guna meledakkan bom yang tersembunyi dalam tanah pada jarak yang aman sehingga serdadu dan kendaraan lain dapat lewat dengan aman. Ledakan yang dihasilkan lebih dari 770 kilogram Mine Clearing Line Charges itu menyemburkan api ke udara dan gelombang guncang yang merambat ke seluruh penjuru gurun.
Ledakan yang terjadi ketika C-4 memicu ranjau dan bom itu berlangsung pada saat Korps Marinir mulai memasuki Marjah, basis pertahanan Taliban di sebelah selatan Afganistan, pekan lalu. Pasukan gabungan NATO dan Afganistan menyerang daerah ini, Sabtu lalu. Para serdadu itu diperkirakan menghadapi ancaman ranjau dan bom ketika memasuki Marjah, 610 kilometer sebelah barat daya Kabul. "Ini mungkin ancaman bom rakitan dan ranjau darat terbesar yang pernah dihadapi pasukan NATO," kata Brigadir Jenderal Larry Nicholson, komandan marinir di selatan Afganistan.
Khusus untuk penyerangan ke Marjah, Korps Marinir menerjunkan sejumlah Breacher. Mereka berharap Sang Pendobrak akan melapangkan jalan bagi para sedadu untuk memasuki kota yang dipagari berlapis-lapis ladang ranjau itu. "Saya menganggapnya sebagai senjata penyelamat nyawa," kata Steven Sanchez, 38 tahun, komandan peleton dari Batalion 2 Marines Combat Engineers.
Tak mengherankan bila para marinir menjaga persilangan antara sebuah bulldozer dan tank Abrams bermesin turbin 1.500 tenaga kuda itu dengan ekstra hati-hati. Breacher hanya boleh keluar "kandang" didampingi sebuah kendaraan penarik tank untuk menyeretnya pulang jika kendaraan itu rusak.
Peleton Sanchez mengendarai Breacher dalam operasi tempur pertamanya, Desember tahun lalu, ketika marinir Amerika "menjinakkan" lembah Now Zad di Provinsi Helmand, yang dipenuhi ranjau. "Kami telah mengukir sejarah, dan Breacher menunjukkan kemampuannya," kata Sanchez.
"Saya senang melihat monster itu di pihak kami," kata Rahim Ullah, serdadu penembak mesin di unit Angkatan Darat Afganistan yang bertempur bahu-membahu bersama para marinir.
Debut Breacher di Afganistan terbukti sukses. Meski demikian, kendaraan penyapu ranjau yang dikembangkan oleh marinir Amerika sejak 1990-an dan menelan biaya US$ 3,5 juta per unit itu akan disempurnakan lagi. "Kendaraan itu telah melewati fase percobaan, tapi masih dalam fase pengerahan," kata Sanchez.
Dia menambahkan, seluruh pasukan marinir yang bertugas di peleton Breacher adalah para sukarelawan dan berupaya menyempurnakan senjata anyar itu. "Saya yakin Breacher bisa membuktikan keampuhannya di Marjah," ujar Sanchez.
Anggota peleton Sanchez lainnya juga mengakui Breacher telah membuktikan kemampuannya. Kopral Michael Turner, 21 tahun, dari Provo, Utah, komandan yang bertugas di salah satu Breacher, mengatakan kendaraan tersebut jauh lebih baik daripada perkiraannya selama pelatihan. "Dia sungguh mudah dioperasikan," kata Turner.
Breacher yang dioperasikannya mampu melaju 80 kilometer per jam (km/jam). Ketika menggali untuk mencari bom, Breacher masih mampu bergerak dengan kecepatan 8 hingga 13 km/jam, sesuai dengan kondisi medan. Gigi-gigi logamnya sanggup menggali tanah hingga sedalam 36 sentimeter. "Itu cukup dalam untuk melumpuhkan bom rakitan," kata Turner. Pasalnya, bom atau ranjau yang dikubur lebih dalam biasanya kurang sensitif, tak terpicu oleh kendaraan yang lewat di atasnya.
Sersan Jeremy Kinsey, 23 tahun, dari Sunny Side, Washington, pernah mengemudikan Breacher ketika kendaraan itu lewat dan memicu detonator bom rakitan aktif, Desember tahun lalu. Bom seberat 27 kilogram tersebut meledak ketika gigi bajak mengenainya. Ledakannya cukup kuat untuk merobek ban atau merontokkan poros kendaraan lapis baja biasa.
Breacher terus melaju, hampir tak terpengaruh oleh ledakan itu. "Kendaraan itu berguncang sedikit," Kinsey. "Saya tertawa dan terus maju."
l TJANDRA DEWI | AP