Pakar biologi Paul Hardin bersama rekannya Abhishek Chatterjee, Shintaro Tanoue dan Jerry Houl, meneliti organ perasa pada proboscis (lidah) Drosophila, yang memicu hasrat lalat buah untuk makan atau sebaliknya. Mereka menemukan bahwa beberapa faktor, terutama jam tubuh harian serangga itu, menentukan perilaku makan, dan sensitivitas rasa yang sama ini kemungkinan juga berlaku pada manusia.
Hasil riset mereka dipublikasikan dalam jurnal Current Biology terbaru. ”Jam biologis yang mempengaruhi keputusan untuk makan atau tidak makan ditemukan dalam sel sensor rasa, yang mengirimkan sinyal untuk makan,” kata Hardin. “Begitu sinyal dikirimkan, otak akan memberitahu lalat untuk makan atau tidak, tapi semua itu tampaknya bergantung pada waktu harian. “Jam” ini memiliki tautan langsung dengan kebiasaan makan.”
Drosophila, yang umum disebut lalat buah dan berukuran lebih kecil daripada sebutir beras, ditemukan di seluruh penjuru dunia. Genus Drosophila, yang berarti penggemar embun dalam bahasa Latin itu terdiri dari 1.500 spesies.
Seperti lalat lain, Drosophila mempunyai insting alami untuk mencari makan, “Dan mereka selalu mencari sesuatu untuk dimakan,” kata Hardin. “Jam biologis ini mengendalikan sensitivitas terhadap makanan dan juga mempengaruhi bagaimana mereka makan.”
Riset mereka menunjukkan sensitivitas tertinggi terhadap gula terjadi di siang hari, dan berkurang di malam hari. “Tapi jika jam itu dihilangkan, lalat akan melahap lebih banyak makanan. Jadi jam ini tampaknya menekan keinginan untuk makan pada waktu tertentu,” katanya.
Hardin mencatat adanya persamaan dengan membandingkan hasrat makan lalat buah dan manusia. Seperti telah lama diketahui, manusia juga memiliki jam biologis. “Jika jam dalam sel sensor rasa manusia juga mengendalikan kapan dan berapa banyak kita makan, itu sangat berdampak pada kenaikan berat badan,” ujarnya. “Memahami bagaimana jam itu mengendalikan pola makan berpotensi untuk menemukan jalan memerangi obesitas.”
TJANDRA l SCIENCEDAILY