TEMPO Interaktif, Jakarta - Interaksi genetika antara gen avian influenza H5N1 dan virus flu musiman pada manusia potensial menciptakan tipe virus flu burung yang memiliki kemampuan pendemik H1N1. Berdasarkan studi terhadap tikus satu gen virus flu musiman manusia H3N2 dapat bergabung dengan virus avian H5N1 menjadi bentuk yang lebih pathogen.
Penemu melaporkan 22 Februari dalam edisi awal the Proceedings of the National Academy of Sciences. "Beberapa kelebihan dari gabungan H5N1 dan flu musiman adalah kemampuannya lebih pathogen daripada virus asli H5N1. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Yoshihiro Kawaoka, ahli virologi University of Wisconsin-Madison dan pemimpin penelitian baru ini.
Virus flu burung H5N1 telah menyebar ke penjuru dunia melalui populasi burung dab telah menyebabkan 442 kasus pada manusia dan 262 meninggal. data ini mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia. Sampai kini tak ada indikasi temuan flu burung menyebar dari manusia ke manusia.
"Virus H5N1 tak pernah bisa menular melalui manusia, ini kenapa kita belum menyatakan pandemi. Kekhawatirannya adalah H1N1 mungkin mendukung virus H5N1 sehingga lebih pendemi," kata Kawaoka, professor ilmu pathobiologi di UW-Madison School of Veterinary Medicine.
Dua virus menginfeksi satu sel tunggal dapat mengubah materi genetik, atau membentuk karekater yang lebih unggul dari kedua jenis lain.Sebelum studi ini, virus unggul diteliti di laboratorian tapi kurang kuat dibandingkan tipe lama.
Peningkatan kemampun virus terlihat dari setudi baru. Virus ini memiliki delapan gen tipe viral dinamai PB2, yang diketahui berefek dalam perkembangan flu burung pada mammalia, termasuk manusia. Ketika diuji pada tikus, virus pada manusia versi PB2 mengubah H5N1 menjadi bentuk yang lebih kuat.
"Dengan virus pendemi H1N1, orang akan melupakan flu burung. Tapi kenyataannya H5N1 masih di luar sana," Kawaoka menjelaskan. "Data kami menyarankan bahwa penting mengetahui gabungan H5 dan virus pendemik H1N1 dapat menciptakan virus baru pendemis H5N1."
Temuan ini dilakukan oleh U.S. National Institutes of Health, Japan Society for the Promotion of Science, Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology of Japan, dan the Japan Science and Technology Agency.
SCIENCEDAILY | PURW