TEMPO Interaktif, New York- Anda berusia di atas 16 tahun? Sebuah situs baru, Chatroulette akan melemparkan kita ke awal 1990, ketika ruang chatting online pertama kali muncul. Ketika itu, hanya beberapa orang yang bisa mengakses internet. Jadi kita bicara benar-benar dengan orang asing, tak bisa melihat muka dan lokasi keberadaannya.
Tapi dalam Chatroulette, dua orang bisa saling sapa dan melihat satu dengan lainnya. Kedua pihak harus punya kamera web. Chatroulette secara acak menghubungkan pengguna dengan orang asing yang dapat di mana saja di dunia. Jika anda tidak suka orang tersebut cukup klik "Next." Lalu Repeat. Orang asing baru muncul.
Hasilnya tak dapat diprediksi, seperti menampar muka, tapi juga menyegarkan, masuk dalam kehidupan orang lain. Ini jauh dari dunia yang bersih, kita membuat untuk kita seperti di Facebook, dimana kita kerap berhubungan dengan teman, keluarga, atau orang dengan kesamaan tertentu.
"Chatroulette terasa seperti televisi. Seperti duduk di depan televisi, memindah channel berharap orang nyata," kata Hal Niedzviecki, pembuat buku "The Peep Diaries: How We're Learning to Love Watching Ourselves and Our Neighbors."
Tampilan dalam web ini hanyalah papan chatting, dan dua video yang menunjukkan anda "You" dan lawan bicara "Parthner". Nah di sana ada juga fasilitas bicara langsung. Chatroulette juga membatasi pembicaraan dan gambar berbau "pornografi, dan kekerasan" dan akan memblock pengguna yang melakukannya, meski hal itu tak akan menjadi masalah bagi sebagian orang.
Konsep Chatroulette bukan hal baru. Situs seperti Omegle.com dan gettingrandom.com menghubungkan dua orang asing berbicara langsung tanpa kamera. Justin.tv, memungkinkan pengguna menampilkan video live di Internet. Masalah timbul juga tak baru. Justin.tv menjadi sorotan pada 2008 ketika siswa bunuh diri dengan membiarkan orang melihatnya. Sementara sebagian lainnya menelepon polisi, meski terlambat menyelamatkan anak 19 tahun itu.
Anak-anak tak boleh mengaksesnya, karena bisa saja akan ada orang menampilkan gambar diri yang tak senonoh. "Ini seperti mendapat kartu Joker liar, mendapat kebangkrutan, dalam 'wheel of Fortune," kata Robert Thompson, professor di Syracuse University. "Ada cerita pendek menarik bisa ditulis mengenai itu," kata Thompson. "Seseorang bertemu orang yang menarik.... tapi secara kebetulan kepencet `Next,' dan mereka tak pernah bertemu lagi."
AP | PURW