TEMPO Interaktif, Jakarta - Tubuh anak yang alergi telor bisa mentolerir protein telor apabila mengkonsumsi secara terus-terusan. Dalam penelitian di Johns Hopkin Children Center, 21 dari 40 anak bisa mengkonsumsi lima gram telor tanpa alergi.
Riset ini dilakukan terhadap 55 anak usia antara 5-18 tahun. Sebanyak 40 pasien diberi makan telur putih dengan dosis yang terus ditingkatkan. Putih telur diberikan dalam berbagai jenis makanan dan diawasi oleh dokter. sebanyak 15 anak diberikan makanan sejenis telur putih, tanpa kandungan protein telur. Konsumsi dilakukan selama 11 bulan.
Ternyata setelah proses konsumsi, lebih dari separuh anak tadi tak lagi gatal atau mengalami alergi. Temuan ini kemudian disampaikan dalam pertemuan tahuan American Academy of Allergy, Asthma & Immunologi yang berlangsung 26 Februari - 2 Maret.
"Seperti apa yang kami lihat pada pasien alergi susu, immunotherapy oral untuk anak dengan alergi telur bekerja sama persis. Secara perlahan pasien memperoleh sistem kekebalan untuk mentolerir alergi," kata peneliti Robert Wood, M.D., direktur Allergy & Immunology Hopkins Children's.
Sebelumnya Hopkins Children melakukan riset dengan pendekatan sama. Namun pasien yang diambil adalah anak dengan alergi susu. Hasilnya tak jauh berbeda.
Baca Juga:
Peneliti ini menggarisbawahi proses terapi ini memerlukan pemantauan yang lama. Oral immunotherapy ini juga harus diterapkan oleh dokter ahli alergi terlatih.
Ketika gejala muncul, peneliti mengatakan, pasien mengalami gatal dan pembengkakan mulut dan leher.
Anak yang mengkonsumsi telur juga mempunyai level antibodi IgE dalam darah yang rendah. Antibodi IgE ini merupakan produsen kekebalan tubuh selama reaksi alergi. Mereka juga mengalami penurunan basofil, tipe sel darah putih yang muncul selama reaksi alergi.
Pasien alergi makanan meningkat selama satu dekade terakhir dan terus berkembang. Di Amerika Serikat anak yang alergi telor meningkat antara dua sampai tiga persen.
SCIENCEDAILY | PURW