TEMPO Interaktif, Jakarta - Ilmuwan membuat temuan baru dari proses penyebaran virus West Nile ke luar Amerika Serikat. Semula West Nile diduga disebarkan oleh burung, tapi mereka menenemukan bukti bahwa virus ini disebarkan oleh nyamuk.
Temuan ini merupakan hasil penelitian di the Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan dipublikasikan 2 Maret di Molecular Ecology.
Virus West Nile pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada Agustus 1999, di kota Metropolitan New York. Sebanyak 63 orang menderita gejala inflamasi otak (encephalitis) dan inflamasi membrane sekitar otak (meningitis) serta 5 lainnya meninggal dunia. Virus ini menyebar luas ke negara bagian lain. Hanya dalam kurun tiga tahun virus menyebar ke 27 negara bagian. Pada 26 November 2002, virus ditemukan pada sekitar 3747 kasus, 214 orang meninggal.
Virus West Nile merupakan virus dengan benang RNA positif tunggal, panjang genom genomnya 9 kilobasa. Virus ini tergolong kelompok Flavivirus, seperti virus Dengue, Yellow Fever, Japanese encephalitis, St. Louis encephalitis, Kunjin, dan lain-lain. Kebanyakan virus ini memang disebarkan oleh nyamuk jenis Culex pipiens, C. restuans, dan C. quinquefasciatus.
West Nile pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1937. Sampai tahun 1999, virus hanya ditemukan di Afrika, Asia dan Eropa. Infeksi virus tak menimbulkan gejala apapun. Sekitar 20% korban akan mengalami demam, sakit kepala, sakit badan, sakit mata, dan lain-lain. Gejala berlangsung 3 sampai 6 hari.
Secara medis belum ada vaksin dari virus. Pasien hanya memerlukan perawatan intensif di rumah sakit seperti ventilasi mekanik.
"Di masa lalu, orang memperkirakan burung sebagai penyebar utama West Nile. Namun, penyebarannya tak sesuai dengan arah migrasi burung," kata Peneliti Senior Jason L. Rasgon, PhD, asisten profesor Malaria Risearch Intitute Bloomberg School dan the W. Harry Feinstone Department of Molecular Microbiology and Immunology. "Ketika anda melihat pergerakan semacam itu, satu dari sejumlah pertanyaan adalah 'Apa faktor utama loncakan ini?' Penelitian kami menunjukkan nyamuk sebagai penyebar utama."
Dalam penelitian ini, Rasgon dan rekannya, Meera Venkatesan menganalisa dari DNA nyamuk yang ditemukan di 20 titik di sekitar Amerika sisi Barat. Analisa genetik menunjukkan tiga bagian gen hilang dari populasi C. Tarsalis. Mereka menemukan gen mengalir di antara populasi yang mengindikasikan pergerakan penyebaran oleh nyamuk. Namun aliran gen terbatas pada wilayah tertentu, seperti Gurun Sonoran Arizona, Rocky Mountains dan sejumlah tempat yang menutup pergerakan nyamuk.
Peneliti juga menemukan corak genetik yang sama persis dengan corak infeksi dari virus West Nile. "Orang kerap menduga nyamuk tak terbang jauh. Bagi sebagain nyamuk memang benar, tapi sebagaian lain memiliki jangkauan luas untuk menyebarkan virus ini."
SCIENCEDAILY | PURW