TEMPO Interaktif, Los Angeles - Perusahaan Tenaga Matahari Amerika Serikat, First Solar mengatakan telah bergabung dalam proyek Tenaga Matahari Desertec. Proyek ini diharapkan menyuplai 15 persen energi di benua Eropa melalui jaringan sumberdaya energi terbarukan pada 2050.
First Solar (FSLR.0) mengatakan perusahaan photovoltaic pertama yang bergabung dengan Desertec, proyek ambisius di dunia senilai 400 miliar euro senilai US$549,9 miliar yang bertujuan mengirim energi matahari yang dibuat di Gurun Sahara untuk pasar lokal dan Eropa.
Perusahaan yang berbasis di Arizona ini telah bergabung dengan Desertec untuk tiga tahun dan akan berkontribusi keperluan skala keahlian photovoltaic di proyek kerja group tersebut.
Sebanyak 12 perusahaan anggota, kebanyakan dari Jerman seperti Siemen, E.ON, RWE, dan Deutsche Bank mendukung inisiatif Industrial Desertec yang diluncurkan d Juli tahun lalu.
Pimpinan proyek sebelumnya telah memdorong berbagai negara untuk terlibat dalam proyek ini, untuk kesuksesan proyek tahap pertama selama satu dekade. "Energi lebih banyak enam jatuh di gurun dari konsumsi dunia dalam setahun," ujar mereka.
First Solar yang menggunakan tellureide cadmium ketimbang polysilicon untuk membuat film cell tipis. Ongkos produksinya paling rendah meskipun produk mereka tidak seefisien buatan pesaingnya, Suntech Power Holding dan SunPower Corp.
Perusahaan telah membangun pembangkit tenaga matahari di keadaan gurun di Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab.
REUTERS/DIAN YULIASTUTI