Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pencuri Energi Fotosintesis  

image-gnews
Ganggang
Ganggang
Iklan
TEMPO Interaktif, Seoul - Para ilmuwan biologi berhasil mengambil elektron berharga dari proses fotosintesis gangang. Mereka menganggap temuan ini dapat menjadi cara yang lebih efisien dalam mengambil contoh fotosintesis sebagai pengubah tenaga surya menjadi bahan bakar mesin.

Selama ini biofuel terbukti bisa menjadi bentuk bahan bakar mesin dengan menggunakan tenaga surya. Tapi hampir tiga perempat energi matahari diserap organisme sebelum berubah menjadi gula pembentuk biofuel. Menurut peneliti Yonsei University, Won Hyoung Ryu,
di Seoul Korea Selatan, pengambilan elektron ketika berlangsung proses fotosintesis bisa mendapatkan hasil lebih baik daripada proses pembentukan biofuel setelah terbentuk menjadi gula. "Secara teori kita bisa mengumpulkan seluruh elektron fotosintesis."

Ryu bersama rekan-rekannya di Stanford University, California, memasukan elekroda emas ke sel gangang dan menyerap elekron yang mengalir setelah terkena energi matahari. Mereka kemudian menyiapkan perangkap kecil guna menangkap sel gangang Chlamydomonas. Mereka
mengikatkan elektroda emas melalui proses mikroskopis dan memasukkan elektroda berukuran 30 nanometer itu ke organ fotosisis, kloroplas.

Saat cahaya mencapai kloroplas gangang, protein di dalamnya akan menggunakan cahaya itu sebagai pemisah oksigen dari ari. Air akan melepaskan elektron dalam proses reaksi kimia antara molekul itu sehingga menghasilkan energi.

Ryu menyinari gangang dengan lampu halogen, elektron tersedot oleh elektroda ketika itu muncul arus 1,2 picoampere- setara dengan 0,6 milliampere per sentimeter persegi. Peningkatan cahaya menaikkan
maksimal 6 milliampere per sentimeter persegi.

Beberapa sel surya silikon memiliki kerapatan arus 35 milliampere per sentimeter persegi. Meskipun begitu, Ryu berpikir ganggang masih bisa menjadi pembangkit listrik. "Efisiensi sel matahari juga terkait
dengan panjang gelombang cahaya," katanya. "Kami percaya temuan kami bisa memberikan efisiensi lebih tinggi daripada silikon solar sel pada panjang gelombang tertentu." Klorofil, misalnya, telah membantu dalam menyerap cahaya biru dan merah dengan baik, tapi tidak menyerap lampu hijau sebagaimana warna itu.

Tim menganggap elektroda emas bisa mengambil sekitar 20 persen dari total jumlah elektron fotosintetik dari ganggang. Besaran ini dihitung berdasarkan perbandingan elektron yang mengalir ke dalam rangkaian dan jumlah elekron berdasarkan perhitungan teroritis. Ryu masih berusaha memaksimalkan pendapatan oksigen melalui kondisi sama dengan perbaikan desain elektroda. “Perbaikan desain elektroda pasti meningkatkan angka itu,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wim Vredenberg di Wageningen University dan Research Centre Belanda telah menggunakan teknik serupa untuk mempelajari fotosintesis ganggang. "[Tetapi] aku tidak pernah berpikir untuk mengeksplorasi teknologi elektro-fisiologi untuk mengambil hasil dari fotoelektron kloroplas," katanya.

James Barber, ahli biokimia di Imperial College London mengatakan temuan ini bagus tapi menangkap elekron dengan cara itu tak praktis pada skala besar. Ia menganggap proses pengambilan bahan bakar menggunakan mikroba lebih praktis.

"Masih banyak cara membuat sistem praktis," kata Ryu. "Kami pikir memiliki array cantilevers yang memiliki beberapa elektroda untuk sistem berskala besar. Kami tidak tahu pasti adalak efek pengambilan elektron dari sel gangang ini. Kami ingin agar mereka tetap hidup
selama mungkin."

SCIENCEDAILY | PURWANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

6 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

6 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

9 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

katak mutiara merupakan jenis katak pohon yang memiliki bintik seperti mutiara. Saat ini populasinya sudah langka. Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak ini di Pegunungan Sanggabuana, Karawang (dok.SWR)
Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.


Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orcinus orca atau paus pembunuh. Shutterstock
Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.


Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Ular Piton (ilustrasi).
Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.


Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Penelitian tentang kenapa bebek berenang dalam formasi satu baris memenangkan Hadiah Ig Nobel bidang Fisika 2022. YouTube
Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.


Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Tim Indonesia yang berhasil meraih empat medali yakni dua medali emas dan dua perunggu dalam ajang International Biology Olympiad (IBO) ke-33 tahun 2022 yang diselenggarakan di Yerevan, Armenia. ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi.
Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.


3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?