TEMPO Interaktif, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia besok akan mencoba mengolah air banjir menjadi air layak minum dengan kapasitas 10 liter per menit. Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI Perdamean Sebayang mengatakan alat penyaring air ini memiliki kelebihan dalam kecepatan memproses dengan peningkatan penyaringnya.
“Kami menambahkan tekanan sehingga meskipun alat penyaring ditambah, prosesnya tetap cepat,” kata Peramean ketika dihubungi hari ini. “Biaya pembuatan alat juga lebih murah dibadingkan alat yang ada.”
Alat yang dibuat Perdamean berukuran sekitar 1 meterX1.5 meter dan tinggi 1 meter. Sekitar 40 persen air kotor yang masuk diproses. Alat secara langsung membuang kotoran tertambat pada penjaring. Sehingga, kata dia, alat bisa memproduksi air bersih lebih banyak.
Air banjir, kata dia, bisa layak konsumsi apabila berbagai polutan di dalamnya sudah dihilangkan. Alat yang digunakannya berisi penyaring kotoran, seperti lumpur, dan penyaring lain, termasuk bakteri.
Alat ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air bersih, terutama pada saat terjadi banjir. Kekeruangan air bersih bisa mengakibatkan kerawanan kesehatan dan sosial berdasarkan kondisi jumlah penduduk dan distribusi air bersih.
Namun, kata Perdamean, sebelum dikonsumsi, air bersih hasil penyaringan masih harus melalui serangkaian tes. Tes ini bertujuan untuk memastikan air sudah bebas dari limbah berbahaya dan beracun.
purw