Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memisahkan Molekul Air dengan Virus  

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO Interaktif, Cambridge - Sebuah tim ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan sebuah cara baru untuk meniru proses yang digunakan tanaman dalam memisahkan unsur air (H2O) dengan memanfaatkan tenaga matahari dan menghasilkan bahan kimia bagi pertumbuhan mereka. Tim tersebut memakai sejenis virus hasil modifikasi sebagai semacam cetakan biologis yang dapat merangkai komponen berskala nanometer untuk memisahkan molekul air menjadi hidrogen dan dua atom oksigen.

Pemisahan air adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah mendasar dari energi surya, yaitu energi itu hanya tersedia ketika matahari bersinar. Dengan menggunakan cahaya matahari untuk membuat hidrogen dari air, hidrogen itu dapat disimpan dan digunakan kembali kapan saja untuk membangkitkan listrik memakai sel bakar, atau untuk membuat bahan bakar cair, atau digunakan secara langsung, untuk kendaraan.

Para ilmuwan lain telah membuat sistem yang menggunakan listrik dengan panel surya untuk memisahkan molekul air, tapi sistem baru yang berbasis biologi ini menyingkirkan langkah-langkah intermediate dan menggunakan cahaya matahari untuk memberi tenaga pada reaksi itu secara langsung. Terobosan baru ini dilaporkan dalam jurnal Nature Nanotechnology, Ahad lalu.

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Angela Belcher, Germeshausen Professor of Materials Science and Engineering and Biological Engineering, merekayasa virus umum tak berbahaya yang disebut M13 untuk menarik dan mengikat molekul katalis iridium oksida dan pigmen biologi zinc porphyrins. Virus itu menjadi semacam alat yang dapat memisahkan oksigen dari molekul air dengan amat efisien.

Namun, setelah beberapa saat, virus itu kehilangan kemampuannya sehingga para ilmuwan menambahkan langkah tambahan, yaitu memasukkan virus ke semacam selubung matriks mikrogel sehingga virus dapat mempertahankan susunan yang seragam dan mempertahankan stabilitas dan efisiensinya.

Mengingat hidrogen yang diperoleh dari pemisahan ini berbentuk gas, tim Belcher hanya berfokus pada proses pemisahan oksigen. Tumbuhan dan cyanobacteria atau ganggang hijau-biru telah mengembangkan sistem fotosintesis yang sangat terorganisasi untuk mengoksidasi air dengan efisien. Peneliti lain mencoba menggunakan bagian fotosintesis tumbuhan untuk menangkap cahaya matahari, tapi material itu masih terganjal masalah stabilitas struktural.

Alih-alih meminjam komponen tumbuhan, Belcher memutuskan untuk "meminjam" metodenya saja. Dalam sel tumbuhan, pigmen alami digunakan untuk menyerap cahaya matahari, sedangkan katalis yang akan memicu reaksi pembelahan air. Proses itulah yang akan diimitasi oleh Belcher dan timnya, termasuk Yoon Sung Nam, mahasiswa doktoral yang menjadi peneliti utama makalah itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sistem ini, virus digunakan hanya sebagai cetakan, menyebabkan pigmen dan katalis berjejer dengan rapi untuk memicu reaksi pembelahan air. "Peran pigmen itu adalah sebagai antena untuk menangkap cahaya," kata Belcher. "Dia akan mentransfer energi itu ke virus, mirip seutas kawat. Dengan porphyrins yang dilekatkan padanya, virus adalah pemanen cahaya yang sangat efisien."

Belcher mengatakan sebenarnya dalam riset tersebut mereka menggunakan komponen yang telah digunakan peneliti lain sebelumnya. "Tapi kami memanfaatkan biologi untuk mengaturnya sehingga memperoleh efisiensi yang jauh lebih baik," ujarnya.

Penggunaan virus untuk membuat sistem itu, kata Nam, dapat terangkai dengan mandiri, dan telah memperbaiki efisiensi produksi oksigen hingga empat kali lipat. Para ilmuwan berharap dapat menemukan sistem berbasis biologis serupa untuk melakukan separuh proses lainnya untuk menghasilkan hidrogen.

Pada saat ini, atom hidrogen dari air membelah menjadi komponen proton dan elektron. Bagian kedua dari sistem tersebut, yang kini tengah dikembangkan, akan mengkombinasikan keduanya kembali menjadi atom hidrogen dan molekul. Tim itu juga tengah mencari material katalis yang lebih murah dan mudah ditemukan untuk menggantikan iridium, yang mahal dan sulit ditemukan, dalam studi ini.

SCIENCEDAILY | TJANDRA  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Manfaat Bioetanol, Bisa Mengurangi Emisi

10 Juni 2023

Ilustrasi emisi karbon. Pexels/Elina Araja
4 Manfaat Bioetanol, Bisa Mengurangi Emisi

Bioetanol, sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang menjanjikan, muncul sebagai bahan bakar alternatif.


DKI Bakal Olah 2.000 Ton Sampah di Bantargebang per Hari Jadi Bahan Bakar

21 Februari 2022

Foto udara TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, 24 September 2021. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan lahan baru seluas 7,5 hektare sebagai upaya menampung jumlah sampah yang telah mencapai ketinggian 50 meter, sehingga nantinya total luas lahan TPST menjadi 117,5 hektare. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
DKI Bakal Olah 2.000 Ton Sampah di Bantargebang per Hari Jadi Bahan Bakar

Pemprov DKI Jakarta akan mengolah 2.000 ton sampah setiap hari yang ada di TPST Bantargebang menjadi 750 ton bahan bakar alternatif.


Mobil Balap Porsche di Le Mans Pakai Bahan Bakar Terbarukan, Mesinnya Twin-Turbo

29 Januari 2022

LMDH Porsche. tracednews.com
Mobil Balap Porsche di Le Mans Pakai Bahan Bakar Terbarukan, Mesinnya Twin-Turbo

Baik Porsche maupun Audi akan menggunakan sasis Multimatic pada mobil balap LMDh masing-masing. Mesin hybrid V8 twin-turbo diuji di Weissach.


RDF Cilacap Mampu Olah Sampah 140 Ton Sehari, Hasilkan Energi Terbarukan

3 Maret 2021

RDF Jeruk Legi Kabupaten Cilacap mampu mengolah sampah hingga 140 ton dalam sehari. Kredit: Twitter/Ditjen Cipta Karya
RDF Cilacap Mampu Olah Sampah 140 Ton Sehari, Hasilkan Energi Terbarukan

Pakar teknologi lingkungan ITB Enri Damanhuri menyebut RDF cocok untuk pengelolaan sampah di Indonesia.


Maskapai KLM Belanda Terbangkan Pesawat dengan Bahan Bakar Kerosin Sintetis

9 Februari 2021

Pesawat KLM terlihat diparkir di Bandara Schiphol di Amsterdam, Belanda, 2 April 2020. [REUTERS / Piroschka van de Wouw / File Photo]
Maskapai KLM Belanda Terbangkan Pesawat dengan Bahan Bakar Kerosin Sintetis

Maskapai penerbangan Belanda, KLM, menjadi yang pertama menerbangkan pesawat dengan campuran bahan bakar kerosin sintetis dari Amsterdam ke Madrid.


Kementerian Lingkungan Hidup Kembangkan Bioethanol dari Nira Aren

10 Maret 2017

ilustrasi bahan bakar nipah
Kementerian Lingkungan Hidup Kembangkan Bioethanol dari Nira Aren

Bioethanol nira aren sangat prospektif dan sangat membantu masyarakat perdesaan memenuhi bahan bakar rumah tangga.


Menteri Darmin: NTB Bisa Jadi Sentra Bioetanol

11 Februari 2017

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution usai rapat koordinasi membahas harga gas industri di Gedung Kemenko Perekonomian, 4 Oktober 2016. Tempo/Richard Andika
Menteri Darmin: NTB Bisa Jadi Sentra Bioetanol

Riset pengembangan biosolar dengan mencampurkan solar dengan hasil olahan kelapa sawit sudah dilakukan di Indonesia barat.


PT Enero Tagih Janji Pertamina Serap Produksi Bioetanol

9 September 2015

ilustrasi bahan bakar nipah
PT Enero Tagih Janji Pertamina Serap Produksi Bioetanol

Sambil berharap serapan bioetanol oleh Pertamina, PT Enero menandatangani kontrak dengan PT Total Oil Indonesia yang akan membeli 135 ribu liter/tahun


PTPN X Jual Bioetanol ke Total Oil

1 September 2015

ilustrasi bahan bakar nipah
PTPN X Jual Bioetanol ke Total Oil

PTPN X optimistis bioetanol makin menarik perhatian pasar.


Pertalite Hadir untuk Memberikan Pilihan yang Lebih Banyak

15 Juli 2015

Petugas SPBU melayani pembeli bensin, para petugas tidak terlihat terganggu ketika mengunakan pakaian adat Jawa ketika bertugas. Sukoharjo, Jawa Tengah, 21 April 2015. TEMPO/Bram Selo Agung
Pertalite Hadir untuk Memberikan Pilihan yang Lebih Banyak

Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite hadir untuk memberikan pilihan yang lebih banyak