TEMPO Interaktif, Tokyo – Syukur, 32 tahun, dulu mahasiswa pemalas. Meski otak encer namun mencatat saat kuliah adalah urusan nomor 16. Kamar kosnya lebih banyak fotokopian dari catatan kuliah teman-temannya, sementara buku tulisnya bersih dan rapi. Keluhannya hanya satu, dia harus berjam-jam menunggu catatan temannya di tempat fotokopi.
Mungkin alat ini akan menjadi solusi bagi mahasiswa pemalas atau mempunyai manfaat lebih banyak lagi. Sebuah alat pemindai mampu melakukan kerja lebih cepat dan lebih banyak. Cukup dengan membolak-balik buku, dengan alat bikinan kelompok riset Jepang di Universitas Tokyo ini mampu memindai ratusan halaman dalam beberapa menit.
Pemindaian kertas biasanya membosankan dengan setiap halaman harus dimasukkan ke dalam scanner datar dan diletakan dalam posisi yang benar. Namun tim yang dipimpin oleh profesor Masatoshi Ishikawa, memangkas semua proses itu. Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi yang mampu mengambil 500 gambar setiap detik mampu memindai halaman seperti membalik buku.
Alat pemindai, normalnya hanya dapat memindai informasi yang diletakkan dalam alat itu. Pemindai baru ini dikembangkan untuk mampu menghadapi kenyataan bahwa halaman yang sedang direkam biasanya cacat dengan cara tertentu. "Sistem yang digunakan untuk merekonstruksi halaman asli,” kata Ishikawa. "Sangat mudah untuk kemudian mengambil halaman yang sedang dipindai dan menyimpannya sebagai salinan datar normal."
Sistem baru ini dapat memindai buku rata-rata sebanyak 200-250 halaman dalam 60 detik dengan menggunakan perangkat keras komputer dasar yang tersedia off-the-shelf.
Sementara sekarang membutuhkan waktu ekstra untuk proses scan gambar, para peneliti berharap akan membuat teknologi lebih cepat dan jauh lebih kecil. "Di masa depan, kemungkinan akan untuk menempatkan semua proses ini pada satu chip dan kemudian menempatkan dalam iPad atau iPod, yang bisa memindai hanya menggunakan chip tersebut. Pada saat itu, memindai sesuatu dengan cepat untuk disimpan kemudian dibaca," kata Ishikawa.
Namun teknologi ini memiliki potensi untuk memindai atau bisa saja dianggap mencuri naskah dari buku ke era digital. Syukur, bisa jadi menyesal terlalu cepat menjadi mahasiswa. Mungkin pegawai negeri Departemen Pariwisata ini akan membeli alat ini untuk anaknya, kelak kalau jadi mahasiswa.
REUTERS| NUR HARYANTO