"Ada asap putih, lalu ada ledakan beberapa kali di langit," kata warga setempat.
Ledakan itu terjadi pukul 11 waktu setempat. Sebuah laporan menunjukkan bola api yang cerah, disertai dengan ledakan dan awan debu yang tersisa. Warga mengira ledakan itu adalah ledakan pesawat. Suaranya berdentam dan sangat keras.
Pertanyaannya mengapa meteor dengan diameter itu bisa meledak? Apalagi ledakannya menurut Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kekuatannya tiga kali kekuatan ledakan bom atom Hiroshima.
Menurut para ahli di NASA / JPLNear-Earth Object Program Office di Pasadena, California, Don Yeomans, Paulus Chodas, Steve Chesley ledakan terjadi karena meteor itu masuk ke dalam atmosfer dengan kecepatan tinggi. Karena tekanan atmosfer yang tinggi itu, meteor itu terbakar dalam lapisan atmosfer dan lama-lama meledak dan menghasilkan pelepasan energi sekitar 50 ribu ton.
Menurut Dr. Thomas Djamaludin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan materi meteor ini terbuat dari logam. Itu sebabnya meteor itu tak seperti meteor Wisconsin yang lebih rapuh yang menghasilkan ledakan yang lebih kecil.
"Ini mungkin obyek terbesar yang menyerang bumi sejak bola api di dekat Kepulauan Marshall, Pasifik Selatan pada 1 Februari 1994," ujar Clark Chapman, pakar asteroid dan planet di Southwest Research Institute (SwRI) di Boulder, Colorado, beberapa waktu lalu. "Obyek di langit Indonesia itu besar dan menghasilkan ledakan atmosfer yang setara dengan beberapa bom Hiroshima," tutur Chapman.
LAPAN sebenarnya ingin meneliti meteor di Bone itu. "Tapi lokasi kami jauh," kata Thomas.
BS | Anwar Siswadi