Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Letusan Eyjafjallajokull Dikhawatirkan Pengaruhi Iklim Global  

image-gnews
Awan abu dari letusan gunung berapi di bawah gletser  Eyjafjallajokull, Islandia (17/4). AP Photo/Brynjar Gauti
Awan abu dari letusan gunung berapi di bawah gletser Eyjafjallajokull, Islandia (17/4). AP Photo/Brynjar Gauti
Iklan

TEMPO Interaktif, Reykjavik - Lebih dari sepekan awan abu vulkanik, yang terus mengepul dari Eyjafjallajökull, gunung berapi Islandia, menutupi langit Eropa dan mengubah langit sore menjadi merah. Jika erupsi itu berlanjut dan semakin besar, yang kemungkinan besar akan terjadi bila mempertimbangkan sejarah letusan gunung api Islandia, ialah tak hanya penerbangan di Eropa yang terganggu, tapi juga iklim global. Namun erupsi gunung api itu dianggap terlalu lemah untuk menghasilkan dampak yang signifikan terhadap iklim global, demikian kata para ilmuwan.

"Tak akan ada dampaknya terhadap iklim," kata Alan Robock, ilmuwan dari Rutgers University, New Jersey, yang mempelajari efek letusan gunung api terhadap iklim.
Meski demikian, Eyjafjallajökull berpotensi mempengaruhi iklim bumi. Itu terjadi bila letusannya makin besar. "Jika gunung itu meletus lagi di masa depan, jelas akan ada dampaknya," kata Robock.

Ketika gunung api meletus, gunung itu menyemburkan abu serta serpihan batuan dan gas ke atmosfer. Satu di antara gas-gas itu adalah sulfur dioksida, yang dapat bereaksi di atmosfer membentuk aerosol sulfat. Aerosol berupa partikel-partikel kecil yang mengambang di udara itu dapat menyebarkan cahaya matahari yang datang ke segala arah. Tak hanya menghasilkan langit petang yang penuh warna, aerosol itu juga mengubah jumlah radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, dan akhirnya berpotensi mengubah temperatur global.

Letusan Gunung Pinatubo di Filipina yang amat dahsyat pada 1991, misalnya, menyebabkan temperatur global lebih dingin daripada normal pada tahun berikutnya. Erupsi Gunung Tambora yang jauh lebih besar pada April 1815 menyebabkan apa yang disebut "tahun tanpa musim panas", bahkan salju turun lebih cepat dan memutihkan daratan Amerika Serikat pada Juli 1816.

Namun erupsi Eyjafjallajökull tak akan menyebabkan apa pun yang mirip dampak Pinatubo maupun Tambora karena tak cukup kuat untuk melontarkan material hingga ke stratosfer. Di lapisan teratas atmosfer bumi itu partikel mengapung lebih lama sehingga memicu efek yang bertahan lebih lama pula.

Gas sulfur vulkanik yang tersembur hingga ke stratosfer dan tersapu ke seluruh bumi dalam arus jetstream, kata panel ilmuwan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dapat bertahan 12-14 bulan dan meredupkan cahaya matahari. Abu yang lebih berat biasanya turun kembali ke bumi dalam tiga bulan, dan bisa menyebabkan gangguan pernapasan.

Gunung yang terletak di gletser itu juga tidak memuntahkan material seperti letusan gunung api lain yang dapat mengubah iklim. Pinatubo, misalnya, menyemburkan sekitar 20 megaton material ke stratosfer. Sebaliknya, kata Robock, Eyjafjallajökull hanya menyemburkan kurang dari 1 persen dari 1 megaton. Partikel abunya hanya mengambang di troposfer, lapisan terendah atmosfer bumi, tempat kita tinggal dan tempat cuaca dapat membersihkan material vulkanik dari atmosfer, membasuhnya dengan hujan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Erupsi yang kita lihat sejauh ini belum apa-apa ketimbang Pinatubo pada 1990-an, yang benar-benar menyebabkan cuaca lebih dingin pada tahun berikutnya," kata Rick Wessels, geofisikawan pencitraan jarak jauh dari badan survei geologi Amerika Serikat (USGS).

Robock mengatakan Eyjafjallajökull harus lebih kuat untuk bisa memompa material hingga ke stratosfer. Di masa lalu, letusan gunung-gunung api Islandia cukup kuat untuk mengubah iklim. "Erupsi Gunung Laki pada 1783 menghasilkan efek luar biasa terhadap iklim," katanya.
Awan beracun yang disemburkan letusan Laki membunuh ribuan orang di seluruh Eropa dan merusak pertanian di sekitarnya dengan melontarkan 120 juta ton sulfur dioksida ke udara.

Jumlah itu tiga kali lipat sulfur dioksida yang dilepaskan industri Eropa pada 2006.
Letusan gunung itu juga menciptakan awan gelap di Eropa. Perubahan itu, yang dicatat oleh Benjamin Franklin, Duta Besar Amerika untuk Prancis, mendinginkan temperatur di seluruh dunia dan mengubah aliran angin musim di Asia selatan, yang menciptakan kekeringan dan kelaparan di Mesir dan India.

"Pada titik ini, letusan Eyjafjallajökull tampaknya hanya sedang-sedang saja," kata Wessels. "Jika erupsinya hanya sebesar ini, saya tidak mengharapkan dampak yang cukup besar. Jika letusannya meningkat atau menyamai letusan Islandia di masa lalu, gunung api itu bisa menimbulkan efek besar."

TJANDRA DEWI | REUTERS | LIVESCIENCE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

3 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

9 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

12 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

16 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

21 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

27 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

27 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

28 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

33 hari lalu

Sejumlah warga Muara Angke membawa jerigen saat melakukan aksi di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Februari 2022. Para warga yang datang dari blok Limbah, blok Eceng dan blok Empang RW 022 Muara Angke ini menggelar aksi terkait krisis air bersih yang melanda di pemukiman mereka. Selain meminta layanan air bersih, mereka juga meminta agar PAM Jaya melakukan pelayanan suplai air minum menggunakan kios air sementara untuk warga sebanyak 293.208 liter per hari, dan pemberlakuan tarif air sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 57 tahun 2021 yaitu seharga Rp. 1.575,-/ meter kubik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.


Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

46 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggundulan hutan (deforestasi) serta pembakaran hutan dan lahan yang berdampak pada krisis iklim.