Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Limbah Teh Hitam Kurangi Gas Metan pada Peternakan Sapi  

image-gnews
Peternakan sapi. TEMPO/Dinul Mubarok
Peternakan sapi. TEMPO/Dinul Mubarok
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Berkat inovasinya memanfaatkan limbah teh hitam untuk mengurangi produksi gas metan pada peternakan sapi, Dewi Ratih Ayu Daning, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), terpilih untuk mengikuti kompetisi dunia, Simposium Nutrisi dan Kesehatan Binatang Internasional Altech ke-26, di Kentucky, Amerika Serikat, 16-19 Mei 2010.

Mahasiswa angkatan 2006 itu terpilih sebagai pemenang pertama untuk kawasan Asia Pasifik melalui serangkaian penelitian yang tertuang dalam makalah ilmiah berjudul "Limbah Teh Hitam (Bohea Bulu) Sebagai Agen Defaunasi terhadap Reduksi Gas Metan pada Fermentasi Rumen dalam Mendukung Peternakan Ramah Lingkungan." Menyisihkan 1.000 peserta lain, Daning berhak maju ke kompetisi ilmuwan muda tingkat dunia yang sudah berlangsung untuk ke-26 kalinya ini.

Sebagai mahasiswa Peternakan, Daning mengaku gelisah karena industri rumen (peternakan sapi perah dan potong) menyumbang sekitar 20 persen gas metan di dunia. Gas metan adalah salah satu penyumbang kerusakan lapisan ozon yang menjadi penyebab pemanasan global. "Sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Jurusan Nutrisi, saya berpikir bagaimana cara mengurangi produksi gas metan melalui asupan makanan sapi," kata Daning di kampus UGM Yogyakarta, Selasa lalu.

Daning mencoba memanfaatkan limbah teh hitam dari pusat penelitian teh dan kina Bambung di Ciwidey, Bandung. Selama ini limbah teh hitam itu hanya dimanfaatkan sebagai pupuk. "Saya manfaatkan sebagai pakan, sehingga punya nilai lebih," katanya. "Kalau hanya untuk pupuk, lebih baik menggunakan kotoran sapinya saja."

Limbah teh hitam itu dicampur dengan dedak halus dan cacahan rumput raja sebagai ransum pakan sapi. Hasilnya, produksi gas metan turun hingga 40 persen dibanding ransum pakan sapi yang tidak dicampur dengan limbah teh hitam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Daning, limbah teh hitam mampu menekan jumlah mikroba yang memproduksi gas metan. Itu sebabnya produksi gas metan menjadi berkurang. Sayangnya, penelitian ini masih sebatas di laboratorium. "Belum dicobakan pada hewan," katanya.

HERU CN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia