BOGOR - Pohon berdaun menjari, bagai jari-jari tangan terbuka lebar, menjadi simbol persahabatan Indonesia dan Republik Federasi Rusia. Tapak hantu (Trevesia burckii) dan pohon gurita (Schefflera rugosa), dua tanaman asli Indonesia, ditanam di Kebun Raya Bogor dalam rangka perayaan 60 tahun hubungan diplomatik di antara kedua negara.
Meski berbaju batik lengan panjang, Duta Besar Republik Federasi Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov maupun Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta tak segan menyekop dan mencangkul tanah serta pupuk untuk menutupi bibit pohon yang baru setinggi 1 meter tersebut. Ivanov bahkan menyirami bibit tapak hantu yang baru ditanamnya.
Kedua pohon itu masing-masing akan menjadi satu di antara lima pohon spesies Treversia burckii dan Schefflera rugosa, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Pihak Kebun Raya memang membatasi penanaman duplikat suatu spesies: setiap jenis hanya lima pohon.
Meski bukan temuan baru, kedua pohon yang selalu hijau itu dipilih sebagai simbol persahabatan karena, selain berasal dari kelompok spesies tumbuhan berdaun indah, tapak hantu dan pohon gurita atau payung itu merupakan tumbuhan asli Indonesia. "Kami memperoleh tumbuhan itu dari hutan Sumatera Barat dalam ekspedisi botani kami beberapa tahun lalu," kata Mustaid Siregar, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, di Kebun Raya Bogor, Selasa lalu.
Kedua pohon itu memang bukan cuma simbol persahabatan, melainkan juga komitmen Rusia dan Indonesia untuk bekerja sama melestarikan lingkungan, terutama hutan. Sama seperti Indonesia, Rusia memiliki hutan yang luas dan dianggap sebagai paru-paru dunia. "Pohon ini dipilih sebagai simbol hubungan kedua negara yang akan terus tumbuh dan berkembang di masa depan," kata Ivanov.
Hatta mengatakan penanaman pohon itu sejalan dengan kerja sama kedua negara, khususnya di bidang lingkungan dan pengurangan pemanasan global. Sejak 2007, kedua negara telah mengadakan sejumlah program pertukaran informasi dan pelatihan di bidang pelestarian hutan, pengurangan emisi, serta penanganan perambahan dan perusakan hutan.
Saat ini Indonesia memiliki target penanaman 1 miliar pohon pada 2010 sebagai bagian dari pencapaian target menurunkan emisi karbon sebanyak 26 persen. "Emisi gas rumah kaca itu kontribusi terbesarnya dari pembukaan hutan, kebakaran hutan dan lahan," kata Hatta. "Penebangan pohon tak hanya menghilangkan alat penyerap emisi, bahkan justru menambah emisi jika pohon-pohon itu terbakar."
Penanaman 1 miliar pohon itu akan memberi kontribusi sebesar 14 persen, atau lebih dari separuh target penurunan emisi karbon Indonesia. Sisanya, sebesar 12 persen, bersumber dari program efisiensi energi, energi terbarukan, dan pengolahan limbah.
L TJANDRA DEWI