Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Negara Kaya Belum Tentu Berwawasan Lingkungan

image-gnews
Dua orang anak usai membuang sampah di pinggiran pantai kawasan Cilincing, Jakarta, Jum'at (8/5). Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan membuat pinggiran pantai kawasan tersebut dipenuhi sampah plastik. Tempo/Tony Hartawan
Dua orang anak usai membuang sampah di pinggiran pantai kawasan Cilincing, Jakarta, Jum'at (8/5). Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan membuat pinggiran pantai kawasan tersebut dipenuhi sampah plastik. Tempo/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO Interaktif, Australia – Sebuah penelitian dari Adelaide Environment Institute di Australia mematahkan teori bahwa semakin tinggi tingkat kesejahteraan suatu negara, maka negara itu diharapkan dapat menerapkan teknologi yang bersih dan ramah lingkungan.

Penelitian yang dipimpin Professor Corey Bradshaw, Director of Ecological Modelling di Adelaide Environment Institute menyebutkan tingkat sosial ekonomi suatu negara yang diukur dengan variabel jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan kualitas pemerintahan bukanlah unsur yang menentukan baik buruknya lingkungan di negara itu.

Penelitian yang telah dipublikasikan secara online dan melalui jurnal ilmiah PLoS ONE ini menyebutkan sepuluh negara dengan kondisi lingkungan yang buruk alias tercemar. Sepuluh negara itu adalah Brazil, Amerika Serikat, Cina, Indonesia, Jepang, Meksiko, India, Rusia, Australia dan Peru.

Indikator yang digunakan Bradshaw antara lain, hilangnya sumber daya atau kekayaan hutan, tidak adanya konservasi lingkungan, penangkapan ikan dan kekayaan laut yang sembarangan, pencemaran air, besarnya emisi gas buang dan ancaman terhadap binatan dan tumbuhan langka atau yang hampir punah.

“Penelitian ini dilakukan secara konprehensif dengan memisahkan tolok ukur tingkat sosial ekonomi masyarakat. Hanya menggunakan data lingkungan,” kata Bradshaw.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut dia, terjadinya krisis lingkungan disebabkan manusia yang terlalu banyak mengeksplorasi sumber daya alam. Buktinya, kata Bradshow, semakin berkurangnya tempat hidup atau habitat bagi spesies binatang atau tumbuhan tertentu.

Selain meneliti tentang negara yang memiliki kondisi lingkungan terburuk, Bradshaw juga meneliti sepuluh negara yang paling sedikit sumber daya alamnya. Negara-negara itu adalah Singapura, Korea, Qatar, Kuwait, Jepang, Thailand, Bahrain, Malaysia, Filipina dan Belanda.

Rini K | Sciencedaily

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia