Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Orang Eropa, Asia, dan Australasia mewarisi DNA Manusia Gua Neanderthal.

image-gnews
Replika manusia Neanderthal di museum Neanderthal museum, di Mettmann, Jerman. AP/Heinz Ducklau
Replika manusia Neanderthal di museum Neanderthal museum, di Mettmann, Jerman. AP/Heinz Ducklau
Iklan

TEMPO Interaktif, Washington - Sebagian besar manusia yang menghuni bumi saat ini ternyata memiliki DNA Neanderthal. Kecuali orang Afrika, semua ras, baik Eropa, Asia, maupun Australasia memiliki DNA warisan spesies yang telah punah 30 ribu tahun lampau itu.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science pekan lalu itu memaparkan bahwa 1-4 persen genom sebagian besar manusia modern sama dengan genom Neanderthal. Menurut sebuah tim ilmuwan dari sejumlah negara, kesamaan genom tersebut adalah hasil perkawinan silang antara manusia modern dan kerabat dekatnya itu. Perkawinan itu kemungkinan terjadi ketika manusia modern pertama mulai bermigrasi keluar dari Afrika.

Studi genetika tersebut kemungkinan juga dapat membantu mengungkap perdebatan panjang soal hubungan Neanderthal dan manusia modern, termasuk apa yang dilakukan kedua spesies itu ketika hidup berdampingan di Eropa dan Timur Tengah.

"Mereka yang tinggal di luar Afrika membawa sedikit DNA Neanderthal di dalam tubuhnya," kata Svante Paabo, pakar genetika di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, yang memimpin studi.

David Reich, ilmuwan dari Harvard Medical School di Boston, menyatakan proporsi material genetik Neanderthal yang diwarisi memang kecil, hanya 1 hingga 4 persen, "Tetapi proporsi itu amat nyata pada leluhur orang non-Afrika saat ini."

Warisan genom Neanderthal pada darah orang Eropa dan Asia itu terungkap lewat hasil pemetaan 60 persen genom Neanderthal. Meski baru sebagian, satu dasawarsa lalu proses penguraian genom sebesar itu sempat dianggap mustahil.

Para ilmuwan lain menyambut temuan yang dianggap dapat mengungkap proses perkembangan dan evolusi manusia di masa lalu itu. "Ini akan mengubah pandangan kita tentang kemanusiaan," kata John Hardy, seorang neuroscientist di University College London yang mempelajari penyakit neurodegeneratif genetik.

Studi untuk memetakan genom lengkap Neanderthal itu dimulai sekitar lima tahun lalu, setelah ditemukannya metode untuk mengurai untaian DNA yang lebih baik serta jauh lebih cepat. Dari tiga tulang Neanderthal yang ditemukan di Gua Vindija di Kroasia, tim itu mengekstraksi sekitar 300 miligram tulang.

Tulang itu berasal dari 38.300 dan 44.400 tahun lampau, dan sebagian tulang itu sudah pecah, kemungkinan untuk mengambil sumsumnya--sebuah ciri kanibalisme.
Tak terhitung jumlah fragmen DNA purba yang berhasil diekstraksi dari tulang itu dan digunakan untuk menciptakan perpustakaan sequence. Data untaian DNA Itu kemudian dirangkai ulang oleh komputer menjadi draf fenom Neanderthal, yang terdiri atas hampir 2 miliar pasangan basa. Para ilmuwan menggunakan genom manusia modern dan simpanse sebagai referensi untuk menyusun untaian itu dalam urutan yang benar. Hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Science pekan lalu.

Upaya pemetaan genom manusia purba itu sempat terganjal sejumlah masalah. Setelah kelompok Pääbo mempublikasikan analisis terhadap 1 juta pasangan basa DNA Neanderthal pada 2006, mereka menemukan untaian DNA itu terkontaminasi dengan DNA manusia modern. Sebuah analisis terpisah menunjukkan bahwa tingkat kontaminasi mencapai hampir 80 persen, tapi Pääbo dan timnya yakin kontaminasi hanya 11-40 persen.

Berdasarkan pengalaman itu, Pääbo dan timnya mengembangkan metode untuk melabeli untaian DNA purba itu. Metode itu membantu para peneliti mengurangi kontaminasi hingga 0,6 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, faktanya, hingga saat ini tim tersebut baru membaca genom itu rata-rata 1,3 kali sehingga menimbulkan pertanyaan tentang reliabilitas kode, yang dapat berubah oleh degradasi atau proses penguraian. Sebagai perbandingan, genom purba pertama dari orang paleo Eskimo dari 4.000 tahun lalu terbaca 20 kali.

Namun, Richard Green, peneliti studi tersebut, yang baru saja pindah dari Max Planck Institute ke University of California, Santa Cruz, mengatakan pekerjaan tersebut akan diteruskan hingga genom itu diuraikan hingga rata-rata 10-20 kali.

Sergio Baranzini, seorang pakar genetika dari University of California di San Francisco, mengatakan rendahnya jumlah keterbacaan untaian DNA itu membuat genom Neanderthal hanya memiliki nilai yang terbatas. "Meski begitu, studi itu amat menarik," katanya.

Studi Pääbo dan timnya mulai memasuki babak menarik setelah mereka menguraikan sebagian besar genom Neanderthal tahun lalu. Selama proses membandingkannya dengan manusia modern, mereka memutuskan untuk menguraikan genom lima manusia modern, yang diambil dari orang Prancis, Afrika, Cina dan Papua Nugini.

Dengan membandingkan untaian DNA Neanderthal dengan lima genom itu, Pääbo dapat memperkirakan bagaimana dan di mana Neanderthal melakukan perkawinan silang dengan manusia modern sekitar 45 ribu hingga 80 ribu tahun lalu. Mereka melihat wilayah genetik Neanderthal ditemukan dalam tiga genom manusia modern yang bermigrasi ke seluruh Eropa atau Asia, tapi tidak ada dalam genom dua populasi Afrika, yaitu San dari Afrika selatan dan Yoruba dari Afrika barat.

Berlandaskan temuan itu, mereka menduga pembauran Neanderthal dan Homo sapiens terjadi di luar Afrika, ketika manusia modern bermigrasi keluar dari kawasan itu sekitar 100 ribu tahun lampau. Dari catatan fosil migrasi, tim itu menduga hal itu berlangsung di Mediterania timur. "Jadi manusia modern dari Eropa dan Asia secara genetik jauh lebih dekat dengan Neanderthal daripada mereka yang berasal dari kawasan sub-Sahara Afrika," kata tim dalam laporannya.

Temuan itu mendukung sebuah studi lain yang dipresentasikan dalam sebuah konferensi bulan lalu. Studi tersebut memeriksa genom 2.000 manusia modern yang menunjukkan adanya dua perkawinan silang dengan Neanderthal, yang pertama sekitar 60 ribu tahun lalu di Mediterania timur dan peristiwa kedua sekitar 45 ribu tahun lampau di Asia timur. "Mereka menemukan hal yang sama persis dengan apa yang kami lihat dalam studi kami," kata Jeffrey Long, seorang antropolog genetika dari University of New Mexico di Albuquerque.

TJANDRA DEWI | REUTERS | NATURE |


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

4 hari lalu

Winter Aespa. Instagram
Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?


Mengenal Kuda Nil Kerdil, Satwa Langka yang Hanya Tersisa Dua Ribu Ekor di Alam

24 hari lalu

Induk kuda nil membawa anaknya menuju kolam, untuk diperkenalkan kepada sejumlah anggota kelompok kuda nil. Namun naas bayi kuda nil diserang oleh sejumlah kuda nil dewasa, binatang ini dikenal sebagai salah satu hewan paling agresif. Zimbabwe, 10 Agustus 2015. Dailymail
Mengenal Kuda Nil Kerdil, Satwa Langka yang Hanya Tersisa Dua Ribu Ekor di Alam

Kelahiran bayi kuda nil kerdil di Yunani mendatangkan harapan bagi spesies langka tersebut.


Mengenal Anoreksia, Begini Gejala dan Penyebabnya

11 Januari 2024

Gangguan Makan dari Media Sosial
Mengenal Anoreksia, Begini Gejala dan Penyebabnya

Anda mungkin sudah familiar dengan istilah penyakit Anoreksia, gangguan makan dan kondisi kesehatan mental yang serius. Ini gejala dan penyebabnya.


Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

25 November 2023

Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

Beberapa penelitian mendukung korelasi antara golongan darah dan penyakit autoimun tertentu.


Selain Genetika, Kesejahteraan Emosional Mempengaruhi Pertumbuhan Tubuh Anak

3 November 2023

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan. answcdn.com
Selain Genetika, Kesejahteraan Emosional Mempengaruhi Pertumbuhan Tubuh Anak

Kesejahteraan emosional anak sangat penting untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan tubuh anak.


Mengenal Gejala dan Penyebab Akalasia, Penyakit Sulit Menelan

22 September 2023

Gangguan asam lambung yang menyerang kerongkongan.
Mengenal Gejala dan Penyebab Akalasia, Penyakit Sulit Menelan

Akalasia adalah kondisi ketika otot kerongkongan tidak mampu mendorong makanan atau minuman untuk masuk ke lambung.


5 Penyebab Penumpukan Lemak

4 September 2023

Ilustrasi lemak perut (pixabay.com)
5 Penyebab Penumpukan Lemak

Setidaknya ada beberapa penyebab utama lemak menumpuk. Di antaranya pola makan tidak sehat, kurang tindur, hingga genetika.


Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

25 Mei 2023

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com
Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

Kanker payudara adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel di dalam payudara mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali.


Bayi-bayi Lahir dengan DNA 3 Orang Tua, Bagaimana Bisa Terjadi?

15 Mei 2023

Ilustrasi DNA (Pixabay.com)
Bayi-bayi Lahir dengan DNA 3 Orang Tua, Bagaimana Bisa Terjadi?

Diperkenalkan pertama di Inggris, teknik tiga-bagian DNA ini diterapkan pertama oleh tim dokter Amerika di Meksiko.


Mengapa Perempuan Berisiko Terkena Penyakit Lupus, Apa Pemicunya?

13 Mei 2023

Ilustrasi penyakit Lupus. entresemana.mx
Mengapa Perempuan Berisiko Terkena Penyakit Lupus, Apa Pemicunya?

Salah satu penyebab penyakit lupus adalah penggunaan sejumlah obat yang tidak sesuai. Lalu siapa saja yang berisiko terjangkit penyakit tersebut?