TEMPO Interaktif, Jakarta - Pencemaran minyak karena meledak dan terbakarnya anjungan di Teluk Meksiko semakin meluas. Setiap hari, sedikitnya 5000 barel emas hitam tumpah ke laut. Seorang peneliti mengusulkan cara untuk mendeteksi sampai sejauh mana pencemaran akibat semburan minyak itu dengan mengukur jejak metanol.
Adalah David Valentine, seorang ahli geokimia kelautan dari Univerity of California, Santa Barbara yang menuliskan gagasannya melalui Jurnal Nature. Menurut dia, metanol atau metil alkohol menguasai 40 persen dari massa minyak mentah. Metanol yang juga dikenal sebagai spirtus ini adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH.
Namun, Valentine mengingatkan, metanol mudah menguap. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Olehkarenanya, dia meminta supaya penelitian untuk mengetahui luasnya pencemaran minyak ini segera dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan para peneliti.
Selain mengetahui seberapa luas pencemaran melalui zat metanol dan foto satelit, Valentine juga mengusulkan penelitian langsung ke tengah laut yang tercemar untuk mengambil sampel atau contoh minyak yang telah bercampur dengan air laut untuk mengetahui kekentalannya. "Karena sebagian metanol berada di bawah lapisan minyak," katanya. "Ini pertarungan melawan waktu, jangan sampai spirtus ini menguap dan hilang."
Rini | LiveScience