TEMPO Interaktif, Brisbane - Kemampuan berenang pas-pasan bukanlah kendala bagi buaya muara, reptil air terbesar di dunia, untuk menyeberangi samudra luas yang memisahkan pulau-pulau Pasifik Selatan. Bagai peselancar andal menangkap gelombang, buaya ini dapat menaiki arus permukaan laut untuk menyeberangi samudra terbuka.
Buaya muara atau air asin (Crocodylus porosus) adalah binatang buas raksasa yang dapat tumbuh sepanjang 7 meter dan beratnya lebih dari 1.000 kilogram. Binatang berkulit keras ini diketahui kerap memangsa hiu, bahkan menyerang benda-benda yang tak dapat dimakan, seperti menghantam perahu, karena dikiranya sebagai pesaing yang akan merebut mangsa. Gigitannya sangat kuat, tekanannya hampir 2 ton, cukup besar untuk menghancurkan tulang atau mengoyak kerangka kapal dari aluminum.
Predator mematikan ini berburu di perairan tropis di India selatan, Asia Tenggara, dan Australia utara. Meski buaya ini menghabiskan sebagian besar waktunya di air asin, mereka bukanlah reptil laut seperti penyu laut karena buaya muara ini bergantung pada daratan untuk makan dan tempat tinggal.
Banyak laporan bahwa buaya itu terlihat jauh di tengah laut, tapi tidak ada yang pasti. Kini, untuk pertama kalinya, menggunakan pemancar sonar dan pelacak satelit, para ilmuwan menemukan bahwa buaya air asin benar-benar bisa menaiki arus samudra untuk menempuh perjalanan jauh, membuat mereka bisa berpindah dari satu pulau ke pulau lain. "Karena buaya adalah perenang yang buruk, hampir tak mungkin mereka berenang menyeberanginya," kata Hamish Campbell, ahli ekologi perilaku dari University of Queensland di Australia. "Tapi mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum di air asin dalam periode lama sehingga ketika ada arus permukaan laut mereka bisa menempuh perjalanan jauh."
Cara buaya muara berpindah pulau itu terungkap lewat riset yang dilakukan tim ilmuwan--termasuk mendiang Steve Irwin, "The Crocodile Hunter"--di Sungai Kennedy di timur laut Australia. Mereka telah menandai 27 buaya muara dewasa dengan pemancar sonar, dan memasang 20 penerima bawah air sepanjang 63 kilometer sungai itu untuk melacak setiap gerakan reptil tersebut selama setahun. Mereka menemukan buaya betina maupun jantan dewasa melakukan perjalanan jarak jauh itu secara reguler, hingga 48 kilometer dari tempat tinggal mereka di mulut sungai.
Para ilmuwan juga menemukan buaya itu memulai perjalanan jarak jauhnya dalam waktu satu jam setelah arus berubah, membuat mereka hanyut terbawa arus. Mereka menyudahi perjalanan itu dengan bergerak ke tepi sungai atau menyelam ke dasar sungai ketika arus berlawanan arah. Para ilmuwan menemukan hal ini ketika tengah mempelajari kebiasaan teritorial buaya itu. "Saya tak menyangka mereka bisa melakukan perjalanan jarak jauh ke laut," kata Campbell.
TJANDRA | LIVESCIENCE