Menurut Yudhi Purwananto, pakar teknik informatika dari ITS Surabaya, soal rekayasa teknologi seperti video porno itu mudah dilacak.
"Itu karena satu frame dalam satu detik itu ada 30-an gambar, apalagi bila lebih dari satu detik sehingga puluhan gambar itu tinggal dicocokkan," katanya kepada Antara di Surabaya, Kamis (10/6/2010).
Ketua Jurusan Teknik Informatika pada Fakultas Teknologi Informasi (FTIf) ITS Surabaya itu mengemukakan hal tersebut menanggapi maraknya video seks mirip Ariel Peterpan, Luna Maya, dan CT.
Menurut dosen ITS Surabaya itu, rekayasa teknologi tersebut mudah terlacak karena puluhan gambar yang direkayasa itu pasti ada kelemahannya sehingga lolos untuk benar-benar direkayasa secara sempurna.
Kalau kita sudah tahu ciri-ciri seseorang, tinggal dicocokkan saja untuk mengetahui apakah rekayasa gambar itu asli atau bukan.
"Misalnya, 30 gambar saja akan ada beberapa yang berbeda sehingga rekayasa itu akan mudah ketahuan," katanya.
Ditanya cara membedakan gambar yang direkayasa dengan aslinya, ia mengatakan hal itu juga mudah dilakukan dengan mengetahui ciri-ciri seseorang, seperti tahi lalat atau barang yang melekat seperti tato.
"Kalau kita sudah tahu ciri-ciri seseorang, tinggal dicocokkan saja untuk mengetahui apakah rekayasa gambar itu asli atau bukan," kata Yudhi, kepada Antara.
Karena itu, katanya, terungkapnya kasus video porno yang melibatkan orang yang mirip Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari tu bukan sesuatu yang mengherankan.
"Pesan saya jangan memiliki ciri-ciri khas atau jangan mudah meninggalkan barang bukti seperti handphone, laptop, atau lainnya," katanya, tersenyum.
Tentang ikhtiar untuk memblokade laman porno dari sebuah komputer, Yudhi mengakui hal itu agak sulit karena laman porno selalu mempunyai alamat penelusuran dan alamatnya selalu diganti-ganti.
"Kalau alamatnya diganti akan muncul lagi, lalu diblokade lagi dan akan muncul lagi. Karena itu, sebaiknya para orangtua mengawasi sarana teknologi milik anaknya," katanya.
ANT