Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyambut Tukik di Derawan  

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO Interaktif, DERAWAN -- Muhammad Yusuf mengendap-endap di pesisir pantai Pulau Derawan, Kalimantan. Pada Jumat dinihari dua pekan lalu, Yusuf, yang sedang berpatroli, mendapati seekor penyu hijau yang hendak bertelur. Berbekal sebuah senter dan ember, pria 29 tahun itu mengikuti penyu itu.

Setelah tertatih-tatih menentukan tempat, penyu yang sudah "kelebihan muatan" tersebut akhirnya menemukan satu titik yang menurutnya nyaman untuk bertelur. Pada sebuah pantai yang landai, penyu itu berusaha menggali lubang dengan dua kaki belakangnya. Saat lubang dianggap cukup besar untuk tubuhnya, penyu itu kemudian "berendam" di pasir untuk bertelur. Selama satu jam menetaskan telur, kura-kura laut itu kemudian menutup calon anak-anaknya dengan pasir lalu kembali ke laut.

Sepeninggal si ibu penyu, kini giliran Yusuf melakukan tugasnya. Dengan sigap, petugas pelestari penyu dari Program Bersama The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund (WWF) di Pulau Derawan ini menggali pasir yang menutupi 145 butir telur yang dikeluarkan penyu tadi. "Telur-telur ini harus diselamatkan," katanya.

Tangannya dengan cekatan memindahkan telur tersebut ke dalam sebuah ember untuk kemudian dipindahkan ke tempat penetasan yang lebih aman atau hatchery. Selain melindungi telur penyu dari perburuan manusia, hatchery melindungi calon bayi penyu itu dari pemangsa alaminya, seperti kepiting, burung, dan tikus.

Menurut Yusuf, yang sudah dua tahun tinggal di Pulau Derawan, hampir setiap malam ada penyu yang menetas di pulau itu. "Tapi sekarang rata-rata hanya tiga hingga empat ekor per minggu," ujar pria kelahiran Malang, Jawa Timur, ini. Selama proses penetasan, Yusuf hanya mengawasi dari kejauhan. Maklum, penyu adalah binatang yang sangat "pemalu". "Penyu itu sensitif terhadap cahaya dan suara," kata Yusuf. Jika ada sedikit saja yang mengganggu, penyu batal bertelur.

Manager Coral Triangle Support Program TNC Rudyanto mengatakan Kepulauan Derawan adalah daerah peneluran penyu hijau terbesar se-Indonesia. Kepulauan yang terdiri atas 31 pulau itu memiliki beberapa pulau utama yang menjadi tempat bertelur penyu, antara lain Derawan, Sangalaki, Mataha, dan Belambangan.

Selain penyu hijau alias Chelonia mydas, di kepulauan ini terdapat pula jenis penyu yang lebih langka, yakni penyu sisik atau Eretmochelys imbricata. "Data jumlah populasi penyu sulit dihitung, tapi yang jelas jumlahnya terus menurun drastis," kata Rudy.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penyebab utama turunnya populasi penyu, menurut dia, adalah adanya pengambilan telur secara ilegal. Bisnis telur penyu memang menggiurkan. Sekali bertelur, penyu akan mengeluarkan 150 sampai 170 butir telur, dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu per butir. Selain diburu telurnya, penyu diburu untuk diambil cangkang penutup bagian atas atau karapasnya. Karapas penyu sisik dengan panjang lebih dari 70 sentimeter biasanya dihargai lebih dari Rp 1 juta.

Menurut Yusuf, penyu menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke pulau itu. Turis domestik maupun mancanegara biasanya ingin melihat penyu bertelur atau tukik (bayi penyu). "Wisatawan kecewa jika tak ada penyu yang bertelur," ucap dia. Kesadaran masyarakat dalam melakukan pelestarian penyu juga masih kurang karena merasa dirampas sumber penghasilannya.

Kendati telah diawasi, perdagangan telur penyu serta aksesori yang terbuat dari penyu masih dapat ditemui dengan mudah di Kepulauan Derawan. "Mitos bahwa telur penyu bisa menjadi obat segala macam penyakit menjadi penglaris," kata Yusuf. Dia berharap wisatawan yang datang ke pulau itu menolak membeli segala sesuatu yang berasal dari penyu. Pulau Derawan, yang memiliki luas 44,6 hektare, mestinya menjadi tempat ideal bagi penyu untuk menetaskan telur-telurnya. Namun sayang, sekarang separuh dari wilayah pulau ini sudah dijejali sarana wisata bagi para pelancong.

Kini Yusuf telah selesai memindahkan telur penyu ke hatchery. Telur-telur itu diperkirakan menetas dua bulan kemudian. "Setelah menetas, tukik akan dilepas ke lautan," katanya semringah. Yusuf yakin suatu saat tukik-tukik itu akan datang lagi ke Belambangan. Pasalnya, binatang itu memiliki sifat yang unik, selalu beranak-pinak di tempat dia ditetaskan.

FAMEGA SYAVIRA PUTRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


World Solar Challenge 2015, Mobil Surya ITS Masuk 10 Besar

30 Oktober 2015

Mobil Surya Widay Wahana V millik Institut Teknologi Sepuluh November akan mengikuti kompetisi World Solar Challenge (WSC) 2015 di Australia. Sumber : solarcarteam.its.ac.id KOMUNIKA ONLINE
World Solar Challenge 2015, Mobil Surya ITS Masuk 10 Besar

Mobil yang diberi nama Widya Wahana V (WW-5) ini berhasil menempuh jarak sejauh 1638 kilometer dan berhasil menempati posisi ke-7 dari 12 peserta.


Berkat Yoghurt Kadaluarsa, Siswa MAN I Yogyakarta Jadi Juara

21 Oktober 2015

TEMPO/ Nita Dian
Berkat Yoghurt Kadaluarsa, Siswa MAN I Yogyakarta Jadi Juara

Roqi Reflanska Bintang Mahardika, pelajar Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta, berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.


Karya Anak Indonesia Raih Juara di Polandia

20 Oktober 2015

Ilustrasi - Piala Juara 1. KOMUNIKA ONLINE
Karya Anak Indonesia Raih Juara di Polandia

Ethan Daniel Lee memenangkan the 18th International Childrens and Young Peoples Art Competition untuk kategori karya seni anak usia 5-7 tahun.


Kompetisi di AS, Telkom University Bawa Aplikasi Puskesmas

14 Oktober 2015

Kompetisi di AS, Telkom University Bawa Aplikasi Puskesmas

Kompetisi ini juga melombakan penampilan budaya.


Atasi Masalah Sapi Perah, Mahasiswa UB Kembangkan Alat Ini  

26 September 2015

Seorang pekerja memerah susu sapi di peternakan sapi perah untuk dijadikan sebagai keju Mozarella di Sentul, Jawa Barat, 10 April 2015. Sapi yang diperah susunya untuk dijadikan keju adalah sapi - sapi non antibiotik. TEMPO/Frannoto
Atasi Masalah Sapi Perah, Mahasiswa UB Kembangkan Alat Ini  

"Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak seperti penurunan produksi susu"


Kembangkan Pakan Ikan Otomatis, Ini Inspirasi Mahasiswa UII  

13 Agustus 2015

Seorang peternak ikan bandeng mencari sisa-sisa ikan yang tidak ikut terbawa banjir di tambaknya di kawasan Cilincing, Rabu (21/1). Tempo/Panca Syurkani
Kembangkan Pakan Ikan Otomatis, Ini Inspirasi Mahasiswa UII  

pemanfaatan alat perikanan modern itu sangat membantu dalam memudahkan petani ikan mengelola usahanya


Ciptakan Mobil Listrik, Ini Kelebihan Rakitan Mahasiswa PENS  

8 Agustus 2015

Kendaraan skuter listrik beroda tiga, i-ROAD di sebuah tempat parkir di Tokyo, Jepang, 22 April 2015. Toyota berencana menjadikan i-Road sebagai mobil sewaan untuk umum dengan harga sewa yang minim. (Akio Kon/Bloomberg/Getty Images)
Ciptakan Mobil Listrik, Ini Kelebihan Rakitan Mahasiswa PENS  

Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menciptakan mobil listrik dengan sistem auto brake (rem otomatis).


Kartu Parkir di Fakultas Teknik UNS Layaknya KTP  

22 Mei 2014

Pembayaran parkir menggunakan kartu Mandiri prabayar di Gardu parkir ISS. TEMPO/Dinul Mubarok
Kartu Parkir di Fakultas Teknik UNS Layaknya KTP  

Jika kartu parkir tersebut dicuri dan disalahgunakan, juga lebih mudah melacak jika terjadi pencurian kendaraan bermotor.


Peneliti UGM Ubah Limbah Tanaman Jadi Bensin

11 Januari 2014

Ilustrasi Bensin eceran. ANTARA/Noveradika
Peneliti UGM Ubah Limbah Tanaman Jadi Bensin

Arief menguji teknologinya ini ke biomassa dari sisa-sisa tanaman yang berstruktur pejal.


Sepatu 3 in 1 Kreasi Siswi Yogyakarta  

16 November 2013

REUTERS/Nacho Doce
Sepatu 3 in 1 Kreasi Siswi Yogyakarta  

Fitri bisa memamerkan desain itu dalam perhelatan National Young Inventor Award ke-6 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.