TEMPO Interaktif, Jakarta - Hasil simulasi iklim yang dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of Royal Society menyimpulkan bahwa bumi adalah tempat yang dingin dan basah karena ada tanaman berbunga.
Dalam simulasi iklim yang dilakukan di lembah Amazon, peneliti menggantikan tanaman berbunga dengan varietas non-berbunga dan menyebabkan penurunan tingkat kebasahan atau kelembapan hingga 80 persen di wilayah hutan hujan. Simulasi ini menunjukkan pentingnya fisiologi tanaman berbunga bagi peraturan iklim di daerah hutan hujan yang selalu basah dan daerah di mana musim kemarau pendek atau tidak ada.
"Kepadatan urat daun dalam tanaman berbunga jauh lebih tinggi daripada semua tumbuhan lainnya," kata penulis utama studi tersebut, C. Kevin Boyce, dari Associate Professor di Geophysical Sciences University of Chicago.
Urat daun pada tanaman bunga mampu menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk fotosintesis tanpa kehilangan air. Kepadatan pada urat daun ini juga sangat efisien dalam menyimpan air hujan sehingga dapat menjaga kelembapan.
Simulasi itu menunjukkan pentingnya tanaman berbunga untuk daur ulang air. Tanaman "meminum" air hujan melalui sebagian besar daun mereka. Beberapa studi juga menyatakan adanya hubungan antara keanekaragaman organisme, termasuk tanaman berbunga dengan curah hujan pada suatu wilayah.
Tanaman berbunga sepertinya menjadi sarana untuk membina dan melestarikan keragaman mereka sendiri, sekaligus meningkatkan keragaman hewan dan tanaman lain pada umumnya.
Para ilmuwan juga memperkirakan dinosaurus hidup pada masa ketika tanaman berbunga berevolusi pada 120 juta tahun lalu. Kini berbagai studi sedang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepunahan binatang raksasa itu dengan evolusi tanaman berbunga.
Sciencedaily|Rini K