Penelitian dilakukan di laut Andaman bulan Mei lalu yang sisi timurnya merupakan pesisir barat laut pulau Sumatera. Penelitian itu kemudian dilanjutkan oleh WCS bersama James Cook University (Australia) serta Universitas Syiah Kuala Aceh yang menemukan kerusakan terumbu karang di kawasan Aceh sekitar 80 persen.
Suhu air di kawasan itu menurut National Oceanic and Atmospheric Administration yang baru melakukan eksplorasi maritim bersama Angkatan laut Indonesia di Sulawesi Utara bulan lalu, naik menjadi 34 derajat celsius, di atas rata-rata kawasan yang diteliti. Peningkatan suhu menyebabkan alga-alga yang hidup di dalam jaringan terumbu karang keluar dan membuat terumbu mati.
Para ahli kemudian menartik kesimpulan bahwa kecepatan rusaknya terumbu karang di kawasan itu melampaui kecepatan rusaknya terumbu karang di kawasan lain. Kawasan laut Andaman dikelilingi oleh pesisir timur Srilanka, selatan Thailand, Myanmar serta pulau Andaman dan Nikobar, yang menurut WCS disebabkan oleh kenaikan suhu air laut di sekitar Aceh.
WCS dan James Cook University telah melakukan penelitian lingkungan di Aceh beberapa bulan sejak tsunami 2004 namun menurut lembaga itu meningkatan suhu air laut di kawasan itu sebelumnya tidak banyak mempengaruhi terumbu karang, fakta yang menurut Direktur Program Maritim WCS-Indonesia Dr. Stuart Campbell sebagai hal yang 'mengecewakan'.
WCS tidak menjelaskan dalam situs resminya mengapa kenaikan suhu itu terjadi
ENVIRONMENTAL NEWS NETWORK | WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY | RONALD