TEMPO Interaktif, Toronto - Untuk pertama kalinya, para peneliti mulai menggunakan teknologi tiga dimensi untuk mengetahui kondisi kapal Titanic yang tenggelam di dasar Atlantik Utara.
Dengan menerjunkan robot untuk mengambil gambar, pencitraan akustik, teknologi sonar, kemampuan optik resolusi tinggi, dan video dengan pencitraan tiga dimensi, peneliti itu akan merekonstruksi sisa-sisa dari kapal tersebut. "Kami memperkirakan lebih dari 50 persen dari sisa-sisa kapal itu yang belum pernah dilihat," kata pemimpin ekspedisi Dave Gallo.
RMS Titanic adalah kapal penumpang terbesar di dunia dan meninggalkan pelabuhan Southampton, Inggris pada 10 April 1912. Setelah empat hari berlayar, kapal bermuatan lebih dari 1.500 penumpang itu tak jua sampai di tujuannya, New York. Ternyata tragedi kapal yang kemudian dijadikan film itu, menabrak gunung es dan tenggelam. Kapal itu baru ditemukan pada 1985 di lepas pantai Newfoundland.
Gallo yang juga direktur proyek khusus pada Woods Hole Oceanographic Institution, sebuah lembaga nirlaba di bidang oseanografi terbesar di dunia itu mengatakan ekspedisi ini akan menjadi yang pertama untuk kategori situs dasar laut.
Ada dua tim yang diterjunkan untuk mengambil gambar tiga dimensi kapal Titanic. Satu tim akan meneliti tentang kondisi kapal secara rinci, sementara tim lainnya meneliti tentang mikroorganisme yang ada pada kapal tersebut.
Gallo menambahkan, ekspedisi bawah laut inilah yang paling mungkin dilakukan untuk mengetahui secara rinci mengetai kapal Titanic ketimbang mengangkatnya ke permukaan dengan risiko yang lebih besar. "Karena kapalnya sudah sangat rapuh," ujarnya. Beberapa bagian kapal yang sudah runtuh, kata dia, misalnya ruang antara buritan dan mesin, termasuk lambung kapal.
Berbagai temuan dan informasi terbaru mengenai ekspedisi tersebut, lanjut Gallo, dapat diakses melalui situs www.expeditiontitanic.com dan diharapkan nantinya bisa dijadikan film dokumenter.
Reuters|Rini K